REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemprov Jabar, terus berusaha merehabilitasi lahan kritis di Jabar. Berdasarkan catatan dari Dinas Kehutanan Jabar, luas lahan kritis di Jabar 324 ribu hektare. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum saja, lahan kritisnya seluas 76.976 hektare. Sedangkan sangat kritis di Citarum, 2.692 hektare, agak kritis 188.302 hektare dan potensial kritis 191. 120 hektare.
"Kami menargetkan, rehabilitisi lahan kritis ini bisa tuntas 10 tahun. Pertahunnya, kami targetkan bisa merehabilitasi 30 ribu hektare pertahun," ujar Kepala Dinas Kehutanan Jabar, Budi Susatijo, kepada wartawan di acara Rapat Koordinasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Kamis (23/4).
Menurut Budi, untuk merehabilitasi lahan kritis tersebut Pemprov Jabar selain menggarkan dana APBD mendapatkan bantuan dari pusat. Untuk merehabilitasi Citarum dan Ciliwung saja, pusat memberikan bantuan sebesar Rp 105 miliar.
"Kami tak mungkin merehabilitasi lahan dengan mengandalkan dana pemerintah. Makanya, kami menggandeng swasta dan masyarakat untuk ikut membantu rehabilitasi ini," katanya.
Budi mengatakan, dalam merehabilitasi lahan kritis pihaknya memiliki berbagai kendala. Salah satunya, kebiasaan masyarakat yang memanfaatkan lahan kurang diselingi konservasi. Karena, mereka rata-rata buruh garap yang pemiliknya tak jelas di mana. "Pemilik lahannya entah dimana jadi susah dihubungi," kata Budi.
Sementara menurut Kepala Balai Pengelolaan DAS Citarum UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dodi Susanto, prinsipnya Ia akan melakukan pengelolaan DAS melalui pembuatan berbagai kegiatan baik secara fisik maupun pemberdayaan masyarakat. Apalagi, DAS Citarum kondisinya sudah cukup jelek. Karena, lahan kritisnya tinggi, sendimen tinggi dan erosinya tinggi.
Sehingga, kata dia, ada program dari Kementrian LH dan Kehutanan melalui program quick wins salah satunya tahun ini akan ada kegiatan Agro forestry di Citarum Ciliwung dan Cisadane. Yakni, tahun ini target program quick wins ini, bisa memperbaiki lahan kritis di DAS Citarum, seluas 5.500 hektare lewat agroforesty. Kemudian, di Ciliwung bisa memperbaiki 500 hektare, dan Cisadane 100 hektare.
Program agroforesty ini, menurut Dodi, khusus untuk DAS Citarum akan difokuskan kie 5 sub das. Yakni, Subdas Cirasea, Subdas Cisangkuy, Subdas Ciwidey, Subdas Ciminyak, dan Subdas Cihawur. Sedangkan di Ciliwung program agroforesty ini memperbaiki 7 subdas dan Cisadane 4 subdas.
"Agroforestry di DAS Citarum ini targetnya dalam lima tahun bisa merehabilitasi 84.173 hekatare lahan di Citarum, memperbaiki 994 lahan di Das Ciliwung haktere dan Cisadane 2019," katanya.
Dodi mengaku, dalam merehabilitasi lahan kritis pihaknya memiliki berbagai kendala. Salah satunya, masyarakat yang menggarap lahan kritis banyak yang tidak memperhatikan aspek konservasi. Sehingga, Ia akan mencoba untuk mengubah mindset penggarap lahan tersebut. Agar, program rehabilitasi lahan kritis agro forestry ini bisa dikembangkan di semua lahan yang sekarang ada di sana.
Dodi mengaku, kalau hanya menggantungkan pada pemerintah untuk merehabilitasi lahan tersebut akan sulit. Karena, dana yang dibutuhkan cukup besar sehingga akan sulit kalau semua dana harus dipenuhi oleh pemerintah.
"Kalo secara keseluruhan butuh dana besar. Jadi kami hanya mencontohkan saja, kontribusi paling hanya 10 persen. Pekerjaan Rumah nya memang masih banyak tapi yakin kalau kegiatan ini dilakukan bakal berkontribusi," katanya.