REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jawa Timur mencatatkan inflasi sebesar 0,39 persen pada April 2015. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir pada periode yang sama. Inflasi Jawa Timur tahun ini juga tercatat melebihi rata-rata inflasi nasional, yakni sebesar 0,36 persen.
Disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M Sairi Hasbullah, peningkatan inflasi diakibatkan meningkatnya harga lima dari tujuh kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga paling besar adalah ‘transportasi, komunikasi dan jasa keuangan’, yakni sebesar 2,47 persen.
Selain itu, Sairi melanjutkan, kenaikan harga juga terjadi pada kelompok ‘makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau’ (0,51 persen), kelompok ‘kesehatan’ (0,42 persen), kelompok ‘sandang’ (0,24 persen) dan kelomok ‘pendidikan, rekreasi dan olahraga’ (0,14 persen). “Inflasi, terutama dipicu oleh kenaikan harga BBM dan tarif kereta api dalam waktu berdekatan,” ujar Sairi dalam jumpa pers di kantor BPS Jawa Timur di Surabaya, Senin (5/5).
Sairi mengulas, Kementerian ESDM memberlakukan kenaikan harga BBM per 28 Maret 2015, di mana BBM jenis premium mengalami kenaikan harga dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400. Sedangkan, harga solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900. “Selain komoditi bensin dan solar, tarif kereta api kelas ekonomi jarak sedang dan jauh juga mengalami penyesuaian per 1 April. Margin biaya operasional naik dari 8 menjadi 10 persen,” ujar Sairi.
Sairi lanjut menyampaikan, pada bulan April 2015, semua kota yang dijadikan patokan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi. Inflasi tertinggi, menurut dia, terjadi di Kota Malang, yakni sebesar 0,49 persen, diikuti Surabaya di posisi kedua, dengan nilai sebesar 0,41 persen.
Menurut Sairi, inflasi di Jawa Timur sejatinya bisa lebih tinggi, seandainya tidak terjadi deflasi pada kelompok pengeluaran ‘bahan makanan’ sebesar 0,93 persen. “Ini merupakan penahan inflasi. Komoditi yang paling signifikan (mengalami penurunan) adalah beras. Artinya, pengendalian bahan makanan terbilang sukses,” tutur Sairi.
Sairi menambahkan, enam ibu kota di Pulau Jawa mengalami inflasi pada April ini. Inflasi paling tinggi terjadi di Kota Serang, yakni sebesar 0,94 persen, diikuti Kota Bandung sebesar 0,43 persen dan Surabaya sebesar 0,41 persen.