Rabu 06 May 2015 17:18 WIB

Dirjen: Ledakan Pipa Gas Karena Longsor di Pangalengan

 Sebuah alat berat mengevakuasi material longsor di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/5). (foto : Septianjar Muharam)
Sebuah alat berat mengevakuasi material longsor di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/5). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, ledakan pipa panas bumi di Pengalengan, Jabar pada Selasa (5/6) akibat terkena tanah longsor.

"Pipa panas bumi ini menjadi korban dari musibah longsor," katanya di Jakarta, Rabu (6/5).

Hal itu dikatakannya menanggapi pemberitaan yang menyebutkan ledakan pipa panas bumi menjadi penyebab terjadinya longsor. Menurut dia, pipa panas bumi di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Limited itu meledak akibat dua faktor.

Pertama, gerakan tanah membuat pipa panas bumi bergeser dan kemudian patah menjadi tiga. Faktor kedua, longsoran tanah yang berada sekitar satu kilometer di atas pipa menimbun pipa, sehingga membuat uap panas terkurung dan meningkatkan tekanan sebelum akhirnya meledak. Rida mengatakan, warga setempat yang menjadi korban, bukan akibat ledakan uap pipa panas bumi.

"Kalau terkena uap panas tentunya tubuh korban bakal melepuh, karena suhu uap mencapai 170 derajat Celcius. Kenyataannya, korban tidak melepuh," ujarnya.

Ia juga mengatakan, berdasarkan rekomendasi Badan Geologi Kementerian ESDM, sekitar 200 KK di lokasi longsor semestinya sudah harus pindah. Menurut dia, lahan dengan kemiringan 70 derajat tersebut sudah beralih fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian seperti kol dan kentang.

Meski bukan akibat pipa, Rida sudah meminta Star Energy membantu korban dan memperbaiki rumah yang rusak. Ke depan, Kementerian ESDM bersama pemda setempat akan membuat aturan yang melarang warga tinggal dan melakukan aktivitas di lokasi tersebut. "WKP harus disterilkan dari warga," tukasnya.

Di samping itu, pipa juga semestinya dipindah ke lokasi lain yang aman. Pada Selasa (5/5), musibah longsor terjadi di areal Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy. Musibah tersebut dipicu hujan deras di sekitar lokasi.

Dengan demikian, longsor terjadi akibat hujan deras dan ditambah kondisi tanah yang labil. Akibat longsor tersebut menyebabkan empat warga meninggal dunia, lima orang belum ditemukan, dan 11 lainnya luka-luka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement