Jumat 08 May 2015 06:00 WIB

CSIS: Kader Demokrat Salah Berharap dengan Figur SBY

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Republik Indonesia (RI) ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Presiden Republik Indonesia (RI) ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kader partai Demokrat dinilai salah berharap dengan memaksa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk kembali memimpin partainya. The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai, keberhasilan SBY di pemerintahan, tak bisa jadi alasan untuk tetap mempertahankan posisinya di pucuk kepemimpinan partai.

Peneliti politik CSIS Arya Fernandez mengatakan, keberhasilan SBY selama 10 tahun memimpin pemerintahan memang baik. Tapi, SBY ternyata tak mampu mempertahankan soliditas kader serta pemilihnya pada pemilihan umum (Pemilu) terakhir. Karena itu, Arya menilai, SBY bukan lagi figur yang lagi pantas untuk memimpin partai kembali.

"Kecemerlangan SBY di partai (Demokrat), ini sebenarnya sudah berkurang. Ibarat berlian, kilauannya sudah memudar," kata Arya, saat diskusi politik di komplek MPR/DPR RI, Jakarta, Kamis (7/5).

Arya mengungkap exit poll yang dilakukan CSIS terhadap pemilih partai Demokrat pada Pemilu 2014. Hasilnya, diterangkan dia, sebanyak 65,4 persen pemilih partai Demokrat saat Pemilu 2009, berpindah ke partai lain.

Sebanyak 51 persen di antaranya lari ke PDI Perjuangan (16,3 persen), Gerindra (14,1), dan Golkar (8,7). Sedangkan 14,1 persen pemilih partai Demokrat saat Pemilu 2009, melarikan suaranya ke partai-partai berbasis Islam pada Pemilu 2014. Hanya sekitar 20 persen pemilih partai Demokrat di Pemilu 2009, memilih loyal dengan kembali memilih partai tersebut pada Pemilu 2014.

"Ini artinya, di internal partai, SBY bukan lagi perekat utama. SBY nggak mampu memupuk loyalitas kader Demokrat," kata Arya.

Bukti lain dari hilangnya kecemerlangan SBY di internal partainya, juga terjadi dalam pola pemilih pada Pemilu 2014. Exit Poll CSIS, membandingkan hasil pemilu partai Demokrat pada 2009, dengan hasil pemilu partai tersebut saat 2014. Arya, merangkum testimoni pemilih partai Demokrat saat Pemilu 2014.

Diungkapkan dia, para pemilih presiden SBY pada Pemilu 2009 lalu, juga mencoblos partai Demokrat pada lembaran Pemilu Legislatif (Pileg 2009). Artinya dikatakan Arya, ada korelasi antara SBY sebagai ketua umum partai dan pemilihnya, agar partai Demokrat juga menguasai Parlemen.

Tetapi, pada Pemilu 2014, diterangkan Arya, sisa 20 persen pemilih partai Demokrat pada Pemilu 2009, lebih memilih untuk mencoblos nama para calon legislatif (caleg) pada lembar surat suara pemilu legislatif, ketimbang mencoblos lambang Bintang Mercy.

Karena itu, Arya menyarankan, kader partai Demokrat sebaiknya melakukan koreksi alasan mengapa banyak kader dikatakan meminta SBY kembali memimpin partai karena, incumbent dianggap sebagai figur perekat. Apalagi dikatakan, permintaan tersebut lantaran SBY dianggap telah berhasil memimpin pemerintahan.

"Saya rasa alasan seperti ini kemalasan kader partai Demokrat untuk mencari figur utama yang mampu mengembalikan loyalitas (kader) untuk pemilu 2019 nanti," ujar Arya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement