Jumat 08 May 2015 21:23 WIB

Imigrasi Cirebon Amankan 11 WNA Diduga Ilegal

Rep: Lilis Handayani/ Red: Hazliansyah
Sejumlah Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok dan Taiwan digiring petugas usai menjalani pemeriksaan di Mabes POLRI, Jakarta Selatan, Senin (21/7).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Sejumlah Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok dan Taiwan digiring petugas usai menjalani pemeriksaan di Mabes POLRI, Jakarta Selatan, Senin (21/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon mengamankan 11 warga negara asing (WNA) yang diduga bermasalah dengan dokumen keimigrasian. Hingga kini, proses pemeriksaan terhadap mereka masih terus dilakukan.

 

Kesebelas WNA itu terjaring dalam operasi Bhumi Pura Wira Wibhawa, yang berlangsung pada 5-7 Mei 2015. Dari 11 WNA itu, enam orang diamankan di Kabupaten Majalengka dan lima lainnya di Kabupaten Cirebon.

 

"Saat diamankan, para WNA tersebut sedang berkegiatan dan berada di perusahaan masing-masing," ujar Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon, Eko Budianto, Jumat (8/5).

 

Eko mengatakan, 11 orang WNA itu diamankan karena diduga melanggar keimigrasian sebagaimana diatur dalam pasal 116 UU No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Saat petugas melakukan pemeriksaan, ternyata mereka tak menunjukkan dokumen keimigrasian atau paspor dan izin tinggal.

Mereka berkewarganegaraan Tiongkok sebanyak empat orang, Belanda satu orang, Taiwan satu orang, Korea Selatan tiga orang, Hongkong satu orang dan Denmark satu orang.

 

Para WNA itupun diduga melanggar Pasal 122 UU No 6 Tahun 2011 berupa penyalahgunaan tujuan pemberian izin tinggal dan lainnya. Saat diamankan, mereka bekerja di sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, meubeler, tekstil, dan konstruksi di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka.

 

"Kalau dari hasil pemeriksaan mereka terbukti melanggar keimigrasian, akan kami tindak sesuai pasal 75 UU No 6 Tahun 2011 bahkan terancam dideportasi. Namun, jika tak bersalah, maka mereka akan dilepaskan kembali," tegas Eko.

 

Eko menambahkan, hingga kini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap 11 WNA itu. Namun, sampai sejauh ini di antara mereka tidak ada yang terindikasi melakukan tindakan kriminal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement