REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi menyatakan tidak ada ambisi untuk maju menjadi calon Rais Aam Syuriah PBNU dalam Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, 1-5 Agustus.
"Tidak ada ceritanya kalau Rais Aam Syuriah PBNU itu mencalonkan diri, nanti bagaimana muktamar saja," katanya setelah berbicara dalam seminar yang digelar Majelis Alumni IPNU Jatim di Surabaya, Jatim, Sabtu (9/5) dini hari.
Dalam seminar bertajuk 'Memperkokoh Peran NU dalam Keagamaan, Keumatan, dan Kebangsaan' itu, ia menjelaskan Muktamar Ke-33 NU itu bukan soal bagaimana memilih orang (rais aam/ketua umum), tapi bagaimana menyelamatkan NU.
"Kita harus mencari figur yang mampu menyelamatkan NU, karena NU sekarang menghadapi upaya melemahkan NU dari dalam dan luar. Dari dalam ada pelemahan moralitas, manhaj (metodologi beragama), dan ekonomi," katanya.
Dari luar, kata pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Malang dan Depok itu, ada penetrasi radikalisme dari Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir (HTI), Syiah, Wahabi, dan semacamnya, serta penetrasi liberalisme.
"Kalau radikalisme dan liberalisme itu dibiarkan menggerogoti NU, maka Indonesia bisa rusak, karena Indonesia akan menjadi seperti Mesir, Yaman, dan sebagainya," katanya.