REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- UNICEF melaporkan bahwa hampir satu juta anak-anak di Nepal tidak dapat kembali ke sekolah setelah gempa bumi bulan lalu, Jumat (8/05). Lembaga PBB yang mengurusi masalah anak-anak mengatakan, 9 dari 10 sekolah hancur di daerah-daerah yang terkena gempa.
Menurut data UNICEF, hampir 24 ribu ruang kelas rusak atau hancur karena bencana gempa yang menghantam negara tersebut. UNICEF pun terus berupaya mendirikan ruang belajar sementara bagi anak-anak di pengungsian.
Saat ini sekolah di Nepal belum beroperasi walau pun masih banyak bangunan utuh yang dialihfungsikan menjadi tempat peengungsian. Sekolah-sekolah yang masih utuh tersebut dijadwalkan beroperasi kembali 15 Mei mendatang.
Juru bicara UNICEF di Kathmandu, Kent Page mengatakan, Unicef mendirikan ruang belajar alternatif bagi anak-anak karena keadaan yang sangat mendesak. Menurutnya, pembangunan tersebut bukan hanya untuk keperluan belajar tetapi juga keselamatan mereka.
“Kita tahu anak-anak memerlukan sekolah bukan hanya untuk belajar, tetapi sekolah juga merupakan tempat aman bagi anak-anak yang mengalami trauma gempa bumi. Sekolah- sekolah tersebut akan membuat anak-anak memiliki tempat yang aman untuk melindungi mereka dari eksploitasi dan pelecehan,” kata dia dikutip dari BBC.
Dia menambahkan, Unicef sudah mendirikan 30 tempat ramah anak di tenda-tenda dan permukiman darurat di Kathmandu. Di sana, anak-anak dapat belajar dan bermain serta menyanyi juga menari. Yang paling penting, mereka menjalani hari-harinya dengan rasa aman.