Senin 11 May 2015 01:55 WIB

Harga Cabai di Pasaran Mulai Meroket

Rep: Lilis Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Harga Cabai Melonjak
Foto: Antara
Harga Cabai Melonjak

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga cabai di pasaran tradisional mulai mengalami kenaikan. Diprediksi, kenaikan harga tersebut akan makin meroket hingga menjelang Ramadhan dan lebaran mendatang.

Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Wati, menyebutkan, harga cabai merah saat ini sudah mencapai Rp 26 ribu per kg. Padahal, tiga hari sebelumnya, harga cabai merah masih mencapai Rp 20 ribu per kg.

Selain cabai merah, kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit. Saat ini, harga cabai rawit mencapai Rp 25 ribu per kg. Padahal sebelumnya, harganya masih Rp 20 ribu per kg. Kenaikan serupa juga terjadi pada cabai hijau dari Rp 17 ribu per kg menjadi Rp 20 ribu per kg.

Tak hanya seluruh jenis cabai, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah. Sebelumnya, harga bawang merah berada pada kisaran Rp 22 ribu per kg, kini naik menjadi Rp 26 ribu per kg.

"Harga bawang merah sekitar akhir April kemarin sempat turun. Tapi sekarang naik lagi," terang Wati.

Wati mengaku tidak mengetahui penyebab naiknya harga cabai maupun bawang merah. Namun, dia memerkirakan kenaikan harga akan terus terjadi hingga menjelang Ramadhan mendatang.

"Ya biasanya sih seperti itu," tutur Wati.

Sementara itu, komoditas telur ayam pun mengalami kenaikan harga. Saat ini, harga telur ayam naik tipis dari Rp 19 ribu per kg menjadi Rp 20 ribu per kg.

"Naiknya sedikit demi sedikit," kata seorang pedagang sembako di Pasar Pagi Kota Cirebon, Dullah.

Seperti halnya Wati, Dullah pun memprediksi harga sejumlah komoditas kebutuhan masyarakat akan terus mengalami kenaikan, terutama menjelang Ramadhan mendatang. Pasalnya, saat itu kebutuhan masyarakat akan meningkat dibandingkan hari-hari biasa.

Wati dan Dullah pun berharap agar pemerintah dapat mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok di pasaran. Pasalnya, kondisi itu akan berpengaruh pada omset dan keuntungan mereka.

"Kalau harga barang-barang pada naik, masyarakat juga akan mengurangi belanja mereka," tutur Dullah.

Seorang ibu rumah tangga di Kelurahan/Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Nurlaela, mengeluhkan naiknya harga sejumlah barang kebutuhan pokok. Apalagi, penghasilannya suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta tidak mengalami kenaikan.

"Pusing ngatur uang belanja. Sekarang saja sudah naik, gimana nanti kalau bulan puasa dan lebaran," keluh Nurlaela.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement