Selasa 19 May 2015 12:28 WIB

Ajukan Banding, Agung Laksono Belum Merasa Kalah

Rep: C26/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono.
Foto: Republika/Wihdan H
Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kubu Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono langsung mengajukan upaya banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang membatalkan SK Menkumham yang mengesahkan kepengurusannya.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan, upaya pengajuan banding oleh Agung sebagai bentuk indikasi dirinya belum merasa kalah. Karena itu, kubunya masih berusaha memperjuangkan kepengurusan Gokar di bawah kepemimpinannya.

"Intinya banding yang diusahakan Agung menjadi indikasi dirinya belum merasa kalah," kata Firman saat dihubungi ROL, Selasa (19/5).

Berdasarkan penilaiannya, kubu Agung masih belum ada keinginan untuk berdamai sehingga upaya banding akhirnya dilakukan. Hingga saat ini belum ada titik temu antara Agung dengan kubu Aburizal Bakrie. Keduanya masih merasa menjadi pihak yang seharusnya menjalani roda organisasi partai berlambang pohon beringin tersebut.

Padahal menurutnya, kubu Ical sudah berusaha melakukan upaya rekonsiliasi. Rekonsiliasi ini bertujuan untuk memulihkan hubungan dan menyelesaikan perbedaan antara keduanya. Namun tampaknya ibarat gayung yang belum bersambut, upaya tersebut masih belum terwujud.

Kubu Agung mendaftarkan upaya banding atas ketidakpuasannya pada putusan majelis hakim PTUN yang dinilai ultra petita (di luar kewenangan). Sebab, majelis hakim mengembalikan kepengurusan hasil munas Riau. Padahal, kepengurusan Riau sudah selesai oleh munas Bali, munas Jakarta, Mahkamah Partai atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan PN Jakarta Barat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement