REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan perkembangan sukuk di Indonesia sudah cukup baik. Meski begitu, masih perlu ditingkatkan.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko, Suminto, mengatakan negara terus berinisiatif mengembangkan sukuk. "Saat APBN diketok, kita punya target. Contohnya. Di APBNP 2015 defisitnya kan 1,9 persen, maka untuk membiayai defisit itu di antaranya melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN)," tuturnya saat ditemui di OJK Institute, seusai Workshop tentang sukuk, di Jakarta, Rabu, (20/5).
Ia menjelaskan, SBN terdiri dari konvensional dan syariah. Kemudian untuk membiayai defisit diperlukan SBN sebanyak Rp 451 triliun di 2015.
"Keperluan menerbitkan SBN sebesar itu, dan terdiri dari 80 persen konvensional dan 20 persen sukuk. Jadi kira-kira target sukuk 2015 itu ya 20 persen dari Rp 451 triliun atau kira-kira Rp 91 triliun," jelasnya.