REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kembali mengeksekusi 17 orang, termasuk warga sipil, setelah merebut Kota Palmyra, salah satu kota kuno di Suriah.
"Empat diantara mereka dipenggal kepalanya," kata Direktur Observatorium Hak Asasi Manusia untuk Suriah, Rami Abdel Rahman, seperti dikutip dari Jumat (22/5).
Rahman mengatakan, warga sipil yang menjadi korban adalah para pekerja untuk Dewan Administrasi Lokal. Sedangkan para pejuang yang menjadi korban adalah tentara dari rezim anggota Angkatan Pertahanan Nasional dan milisi pro-pemerintah. Mereka dieksekusi karena dituduh bekerjasama dengan rezim pro-pemerintah.
Seorang aktivis Suriah mengungkapkan melalui Facebook-nya, militan ISIS memerintahkan warga untuk tinggal di dalam rumah. Mereka menyambangi rumah rumah warga sipil satu persatu untuk mencari Mohammad Hassan al-Homsi, seorang aktivis asal Palmyra yang menentang ISIS.
Setelah mendengar aksi brutal yang dilakukan ISIS, para warga di Palmyra pun langsung takut dan ingin melarikan diri dari kota tersebut.
Menurut data Observatorium, setidaknya ada 460 orang tewas dalam pertempuran di Palmyra sejak Sabtu (13/5). Militan ISIS juga telah mengeksekusi 49 orang, sembilan di antaranya adalah anak-anak.