REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ombudsman Republik Indonesia (ORI) mengungkapkan kebocoran soal maupun kunci jawaban Ujian Nasional Paper Based Test (PBT) memang masih terjadi sampai saat ini.
Komisioner Bidang Penyelesaian Laporan ORI, Budi Santoso mengaku sangat menyayangkan kondisi itu. Ia mengatakan kebocoran UN terjadi akibat terdapat pihak atau oknum yang sengaja ingin mengganggu pelaksanaan UN.
"Ada pihak yang sengaja ingin mengganggu pelaksanaan UN," tegasnya saat Konferensi Pers (Konpers) ihwal Evaluasi Penyelenggaraan UN 2015 tingkat SMP/sederat dan SMA/sederajat pada Kamis (21/5) di Kantor ORI, Jakarta.
Menurutnya, kebocoran itu terjadi karena ada hal yang menggiurkan dalam pelaksanaan UN. Maksudnya, lanjut Budi, jual beli soal dan kunci jawaban UN merupakan hal yang membuat kebocoran UN terus terjadi setiap tahun.
Ia mengungkapkan, penjualan naskah soal dan kunci jawaban UN masih menjadi hal yang menggiurkan bagi beberapa oknum. Ia menyebutkan, penjualan tersebut bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta.
Agar kebocoran tersebut tidak terjadi kembali, Budi juga memberikan sarannya kepada pemerintah pusat. Menurutnya, UN Computer Based Test (CBT) menjadi sala satu cara terjitu untuk memangkas kebocoran UN.
"Kami rasa UN CBT patut untuk dipertimbangkan," ujarnya.
Budi menerangkan, kebocoran pada UN CBT tidak terjadi sama sekali dibandingkan dengan UN PBT. Menurutnya, penyimpangan yang terjadi pada UN CBT lebih pada hal yang berkaitan dengan teknis. Ia menyatakan, hal tersebut jelas berbeda dengan UN PBT yang banyak mengalami pelanggaran secara substansial semisal kebocoran.
Seperti diketahui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai memberlakukan UN CBT pada tahun ini. Pada konsep UN ini, hanya beberapa sekolah baik tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat di Indonesia yang baru menerapkannya.