REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan agar wisatawan mancanegara (Wisman) pada tahun 2016 bisa mencapai 12 juta wisatawan. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak devisa negara, dan menjadikan pariwisata sebagai salah satu pemasukan terbesar bagi Indonesia. Salah satu upaya dalam untuk mencapai angka tersebut adalah meningkatkan anggaran Kementrian Pariwisata minimal sebesar Rp 4 triliun.
Anggaran ini menurut dia, nantinya akan digunakan untuk promisi di berbagai media. Pasalnya, sejauh ini tempat wisata di Indonesia dinilai kurang terekspos karena minimnya promosi yang dilakukan. Arief mengatakan, pada tahun 2014-2015 pagu anggaran untuk promosi hanya mencapai Rp 300 miliar. Angka ini hanya seper-12 kali dari nilai Malaysia. Sementara untuk tahun ini anggaran promosi bisa mencapai Rp 1 triliun.
"Kita ini lemah di branding. Maka kita ingin perbaikan branding mencapai 50 persen. Sekarang rangking kita masih di posisi 47 dari 141 negara. Untuk itu saya harap empat triliun ini cukup dan minimal setara dengan dana yang dikeluarkan Malaysia sebesar 300 juta dolar AS," ujar Arief dalam seminar pengembangan Daya Tarik Pariwisata Bahari, Selasa (26/5).
Dana ini, tambah Arief, sangat minim dengan target yang dinginkan pada beberapa tahun ke depan. Arief mengasumsikan, dana yang digelontorkan pemerintah pada 2016 merupakan dana untuk menarik wisman pada 2017 yang ditargetkan mencapai 18 juta wisman. Dengan mengeluarkan dana sebesar 20 US dollar untuk menarik satu orang wisman, maka Kemenpar seharusnya bisa mempersiapkan dana promosi minimal 36 juta US dollar.
Selain itu, Arief mengatakan saat ini pihaknya titik-titik pusat untuk tempat wisata yang nantinya akan dijadikan transit tempat wisata lainnya. Untuk saat ini terdapat tiga tempat yaitu Jakarta, Batam dan Bali. Banyaknya wisatawan di tiga kota ini harus dimanfaatkan agar mereka mau untuk 'ditarik' ke kota wisata lain dengan ditunjang fasilitas seperti penerbangan, jalur laut maupun infrastruktur di darat. Lima kota lain yang akan dijadikan destinasi untuk menarik wisatawan adalah Bandung, Medan, Palembang, Surabaya dan Makassar.
Khusus di Makassar, Arief menilai bahwa pemerintah daerah masih kurang melakukan promosi sehingga wisman dinilai belum maksimal. Dengan keberadaan kota yang merupakan penghubung antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur, Wisman yang singgah di Makassar tiap tahunnya baru mencapai 150 ribu. Nilai ini masih kalah dari Bandung da Yogyakarta yang mencapai 250 ribu.
"Padahal tidak ada masalah infrastruktur yang begitu urgent di Makassar. Untuk pemerintah daerah harus benar-benar memaksimalkan potensi wisata mereka dengan memperbaiki kawasan wisata dan turut mempromosikannya," lanjut Arief.
Untuk tahun ini, Kemenpar akan menambah anggaran promosi Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp 10 miliar. Namun uang ini akan digunakan langsung oleh Kemenpar dalam mempromosikan kawasan wisata dengan penayangan iklan di dalam dan luar negeri. Harapannya wisatawan asing bisa melihat keindahan Makassar dan sekitarnya dari tayangan iklan tersebut.