REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polisi Malaysia, Selasa, mulai membongkar puluhan kuburan di lokasi yang diduga merupakan kamp penyelundup manusia, sementara pesawat terbang Thailand mulai mencari ribuan imigran yang diyakini masih terkatung-katung di Laut Andaman.
Polisi Malaysia mengatakan sebanyak 139 kuburan ditemukan di dekat 28 kamp terbengkalai di dekat perbatasan Thailand, dalam perkembangan terbaru krisis imigran di Asia Tenggara.
Lebih dari tiga ribu imigran Bangladesh dan etnis Rohingya tanpa kewarganegaraan dari Myanmar mendarat di Thailand, Malayia dan Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.
Peraih Nobel Perdamaian yang juga Uskup Agung Afrika Selatan Desmond Tutu pada Selasa menyerukan agar bantuan internasional bagi Myanmar dikaitkan dengan nasib kelompok minoritas Muslim Rohingya yang disiksa dan terpaksa lari meninggalkan tanah air mereka.
"Kita punya tanggung jawab... untuk mengadopsi posisi wajar, pendanaan pembangunan Myanmar dengan syarat pemberian kewarganegaraan dan hak mendasar manusia bagi Rohingya," katanya dalam sebuah konferensi di Oslo.
Pemerintah Myanmar menganggap 1,3 juta Rohingya sebagai imigran gelap dari negara tetangga Bangladesh, dan menolak memberi mereka kewarganegaraan.
Unjuk rasa rencananya akan digelar kelompok nasionalis Buddha pada Rabu di Yangon untuk memprotes tekanan internasional terhadap bantuan bagi mereka.
Nasib para pelarian itu pada Selasa difokuskan pada satu dari puluhan kamp penyelundup manusia di utara Malaysia. Wartawan menyaksikan polisi menggali sebuah kuburan, menarik keluar satu mayat yang sepertinya terbungkus kain kafan.
"Kami telah menemukan 37 kuburan (di satu kamp) namun kami hanya menemukan satu jasad sejauh ini," kata petugas polisi setempat Muhammad Bahar Alias.
Kamp di gunung itu kemungkinan besar sudah bersih dari bukti-bukti mengenai apa yang terjadi di lokasi itu, namun di atas tanah masih tergeletak sebuah rahang bawah manusia dengan beberapa gigi masih menempel.