REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penertiban rumah liar di kawasan perbatasan Taman Sari dan Pademangan nampaknya berbuah aksi protes yang ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Warga yang tidak terima penertiban tersebut mendatangi Perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, komplek rumah Ahok pada Selasa (26/5) malam hari. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Muhammad Iqbal membenarkan kejadian tersebut. Namun, ia membantah bila protes warga itu diwarnai keributan.
"Tidak sampai ada keributan, massa bahkan tidak sempat masuk ke depan rumah, ditahan di pintu pagar komplek," kata Iqbal saat dihubungi, Rabu (27/5).
Pada saat kejadian massa yang akan mengeruduh rumah mantan Bupati Belitung Timur ini, Wakapolsek dan sekitar 40 orang anggota Polsek sekitar sudah terlebih dahulu berada di lokasi. Sebagian berada di depan gerbang masuk perumahan untuk menahan massa.
Selanjutnya, mereka diterima oleh Camat Penjaringan untuk mengutarakan tujuan mereka. Kemudian, karena sudah malam, massa diminta bubar. Rumah orang nomor 1 di Jakarta itu setiap harinya selalu dijaga oleh brigadir mobil (Brimob) dan sejumlah anggota dari polsek-polsek sekitar yang bersiaga kala ada ancaman dan juga serangan-serangan mendadak seperti ini.
"Setiap hari ada 10 anggota Brimob dan sejumlah anggota polsek," ujar Iqbal.
Menurutnya, pengamanan kediaman gubernur merupakan kewajiban yang ditugaskan kepada polisi. Hal itu karena Gubernur DKI Jakarta statusnya adalah VIP, jadi harus ada pengamanan di sekitar rumahnya.
Pada aksi tersebut sejumlah orang mencoba masuk ke lingkungan rumah Ahok. Namun, upaya itu dapat dipatahkan oleh polisi dan petugas keamanan kompleks. Massa pun tertahan hingga pintu gerbang kompleks tempat tinggal Basuki, yakni Perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Sementara itu, salah seorang saksi melihat aksi massa melakukan dorong-dorong pagar dan menendang pagar. "Mereka melakukan aksi dorong pagar dan menendang pagar hingga gembok kunci pagar jebol, untung pihak kepolisian siap siaga dan menenangkan aksi tersebut," ujar Rohim (32), warga sekitar saat dikonfirmasi Republika.