REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang pendidikan Susanto mengatakan, dalam segi pendidikan teknologi, Indonesia baru menerapkan fokus pembelajaran pada tatanan hard skill, dan belum sampai pada soft skill. Implementasi pembelajarannya hanya melingkupi cara pengoperasian komputer dan mengakses internet.
Dalam tatanan soft skill yang membahas soal literasi internet, Indonesia belum melakukannya. Padahal, menurut Susanto, kemampuan literasi internet sangat penting untuk anak, yaitu memilah mana informasi positif dan negatif. "Agar mereka tidak menjadi korban dari akses konten-konten yang tidak tepat untuknya, misalnya, pornografi," ucapnya, Kamis (28/5).
Indonesia seharusnya tidak hanya memperkuat kemampuan hard skill anak dalam teknologi internet. "Tapi soft skill atau kemampuan untuk memfilter konten-konten yang tidak sehat untuk mereka juga penting dikuatkan dalam proses pendidikan," tegas Susanto.
Penjelasan Susanto ini berkaitan dengan beredarnya video seksual yang dipergakan oleh anak-anak. Tautan video tersebut telah beredar di jejaring sosial dan pesan singkat broadcast. KPAI curiga pembuatan dan pengunggahan video tersebut ditunggangi sindikat tertentu yang tujuannya dimaksudkan untuk menjadi bahan konsumsi masyarakat.