Jumat 29 May 2015 15:19 WIB

Gelombang Panas Terparah, India Pun Meleleh

Rep: c07/ Red: Esthi Maharani
Seorang anak mandi di tengah suhu udara ekstrem yang mencapai 50 derajat Celsius di India sepekan terakhir.
Foto: economictimes.indiatimes.com
Seorang anak mandi di tengah suhu udara ekstrem yang mencapai 50 derajat Celsius di India sepekan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Gelombang panas yang melanda India telah menewaskan lebih dari 1.800 jiwa dalam beberapa pekan terakhir. Suhu udara mencapai 45 derajat celcius. Para ahli pun memperingatkan temperatur bisa lebih tinggi lagi.

Departemen Meteorologi India mengatakan gelombang panas tahun ini merupakan yang terparah dalam satu dekade. Diperkirakan pada Mei dan Juni ini merupakan puncaknya. Pakar cuaca mengatakan, hari-hari panas dengan suhu mencapai 45 derajat celsius terus bertambah selama 15 tahun terakhir, diakibatkan tiupan angin kering dari Iran dan Afganistan.

Menteri Dalam Negeri India, KT Rama Rao mengatakan hujan yang tak kunjung turun menyebabkan kondisi kekeringan yang semakin parah.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga muncul sedikit kepanikan. Mudah-mudahan musim hujan segera turun," ujar Rama Rao dikutip dari National Post, Jumat (29/5).

Sebanyak 1.826 jiwa meninggal akibat gelombang panas. Menurut Press Trust of India, sebagian besar kematian terjadi di negara pesisir Andhra Pradesh dan tetangga negara Telangana. Menurut BBC News kebanyakan korban meninggal adalah  adalah buruh miskin dan orang-orang tua. Para korban mengaku tak bisa menuruti anjuran pemerintah untuk tetap tinggal di dalam rumah, karena diam di rumah berarti mereka tak bisa mendapat penghasilan untuk bertahan hidup.

Berbagai rumah sakit di India pun kewalahan menerima pasien akibat gelombang panas. Pemerintah pun tidak mengijinkan para dokter mengambil cuti, agar bisa terus menangani para korban gelombang panas yang mengalami dehidrasi.

Jalanan di India pun menjadi meleleh. Sebagian besar jalan di New Delhi menjadi rusak, aspal yang meleleh menyebabkan jalanan rusak dan zebra cross pun terlihat berantakan. Kerusakan jalan itu bahkan memicu kemacetan lalu lintas.

Selain itu, di kebun binatang, para hewan seperti macan tutul dan harimau juga mengalami dehidrasi. Mereka berbaring mencari tempat teduh menunggu penjaga kebun binatang datang setiap dua jam untuk menyirami mereka air dengan selang.

Gelombang panas juga menyebabkan para masyarakat yang tinggal di Gurgaon, kota satelit di India, harus mengalami pemadaman listrik 10 jam perhari akibat lonjakan beban listrik karena pemakaian pendingin ruangan yang berlebihan.

Salah seorang pemilik toko di Gurgaon, Manis Singh mengatakan, akibat gelombang panas ia dibanjiri pesanan es batu. Namun, kata dia. es batu belum bisa mengurangi rasa panas dan gerah akibat gelombang panas.

"Bahkan mandi puluhan kali  pun masih terasagerah," kata Singh.

Ia pun lebih menghabiskan waktu di dalam ruangan. Menurutnya gelombang panas tahun ini adalah yang paling buruk dari tahun-tahun sebelumnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement