Senin 08 Jun 2015 13:14 WIB

Redup, Produksi Tekstil Majalaya

Rep: c12/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan saat mengunjungi pabrik tekstil PT Satya Sumba Cemerlang di Ranca Jigang, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Foto: Antara
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan saat mengunjungi pabrik tekstil PT Satya Sumba Cemerlang di Ranca Jigang, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Pemerintah Kabupaten Bandung kesulitan untuk membenahi persoalan industri tekstil di Kecamatan Majalaya yang terus meredup produksinya hingga kini. Bupati Bandung Dadang Naser mengatakan, saat ini, masih banyak sarung-sarung hasil produksi Majalaya yang menumpuk di sejumlah gudang perusahaan tekstil di kecamatan tersebut.

Padahal, kata dia, sebentar lagi masyarakat bakal menyambut bulan Ramadan. "Dan memang ini yang masih merepotkan kita. Industri kecil dan menengah di Majalaya ini, masih menjadi masalah. Jadi sarung itu masih menumpuk di gudang. Padahal puasa bentar lagi," tutur Dadang, Senin (8/6).

Akibatnya, dia mengakui, beberapa tenaga kerja pun ada yang dirumahkan. Selain dirumahkan, juga ada yang kurangi masa kerjanya menjadi empat hari atau tiga hari dalam sepekan. Untuk itulah, hingga kini pihaknya masih mencari solusi terkait persoalan ini, agar perputaran ekonomi di industri tekstil di Majalaya bisa kembali berjalan.

Terlebih, pemerintah pusat pun sampai turun tangan untuk memberi solusi. Alhasil, berdasarkan keputusan dari pusat, masyarakat diharuskan untuk menggunakan produk tekstil dari Majalaya. "Solusi sampai ke tingkat pusat. Karena ternyata produk kita bersaing dengan barang dari luar negeri," ujar dia.

Persoalan yang dihadapi industri tekstil di Majalaya ini berdampak pada jumlah pengangguran di Kecamatan Majalaya. Dadang pun mengakui, memang masih banyak pengangguran di kawasan Majalaya itu. "Masih banyak memang, itulah yang susah," kata dia.

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena banyak kaum urban yang datang ke Kabupaten Bandung untuk mencari kerja. "Dan ini enggak bisa dihindari," tutur dia.

Namun, tetap, berdasarkan aturan ketenagakerjaan, sebuah industri harus mengutamakan warga setempat sebagai tenaga kerjanya. "Harus utamakan putra daerah, meskipun tidak bisa dihindari ada urbanisasi dari daerah lain," ucap dia.

Kendati persoalan meredupnya industri tekstil di Majalaya masih belum berakhir, Dadang tetap mengklaim, pengangguran di kabupatennya menurun dari semula 11 persen pada tahun lalu menjadi 8 persen pada tahun ini. "Pengangguran itu kita sudah bisa menurunkan dari 11 ke 8 persen," tutur dia.

Tak hanya itu, soal kewirausahaan, Dadang pun merasa bangga karena pihaknya telah memperoleh penghargaan dari Organisasi Buruh Internasional (ILO). Kabupaten Bandung mendapat penghargaan dari ILO karena menjadi daerah yang pertama kali memanfaatkan modul kewirausahaan yang diterbitkan ILO.

"Kita dapat penghargaan dari ILO dari PBB karena menggunakan sistem three in one. Ada pelatihan dan penempatan sebelum bekerja di dalam maupun di luar negeri. Dan ini memotong pengangguran," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement