Kamis 11 Jun 2015 15:42 WIB

Calon Penumpang Masih Takut Masuk Terminal Induk Rajabasa

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Bayu Hermawan
Bus Trans Bandar Lampung
Bus Trans Bandar Lampung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Warga dari dalam dan luar kota Bandar Lampung, masih enggan menggunakan angkutan umum dari dalam Terminal Induk Rajabasa.

Beberapa calon penumpang bus antarkota dalam provinsi (AKDP), khususnya warga dari luar Lampung, merasakan dalam terminal masih rawan tindak kriminalitas.

Pemantauan Republika di terminal terbesar di Provinsi Lampung ini, Kamis (11/6), areal penghentian bus AKDP selalu terlihat lengang.  Belum lagi di halte-halte pemberangkatan penumpang ke berbagai kota dan daerah di Lampung maupun ke luar Lampung sepi senyap.

Calon penumpang yang akan bepergian jauh, lebih memilih naik bus di luar Terminal Rajabasa. Selain lebih nyaman memilih kendaraan yang akan ditumpangi, juga tidak terkena calo dan sesuai tarif bus yang berlaku umum.

Sejumlah bus AKDP yang masuk Terminal Rajabasa, terkesan melewati kewajiban saja masuk terminal, setelah itu mereka mencari penumpang di luar yang sudah menunggu.

Kondisi seperti ini terjadi di tempat penghentian bus AKDP tidak resmi di Bundaran Tugu Radin Intan, Rajabasa, di depan Kampus Unila, dan di depan Terminal Rajabasa.

Bus AKDP yang ngetem di Bundaran Tugu Radin Intan, bergiliran menunggu penumpang untuk jurusan ke Metro, Tulangbawang atau Unit II, Kotabumi, Blambangan Umum, dan Liwa.

Sedangkan di depan kampus Unila dan Kalibalok Jalan Soekarno-Hatta (bypass), bus atau travel gelap jurusan Kalianda dan Pelabuhan Bakauheni.

Para calon penumpang enggan memasuki Terminal Rajabasa, selain banyaknya tukang ojek yang menyerobot, juga banyak calon yang masih bergentayangan menemui dan bahkan memaksa calon penumpang untuk naik busnya.

Padahal, tarif yang ditawarkan jauh melebihi tarif bus yang resmi. Selain itu, banyak calon penumpang yang terlantar lantaran &apos 'jasa' calo yang tidak bertanggung jawab.

"Bahkan sering terjadi berantem dengan calon dan tukang ojek yang saling memaksa penumpang," kata Yudi, calon penumpang asal Hanura, Kabupaten Pesawaran.

Ia pernah mendapat perlakuan tidak sopan dan bahkan ribut dengan calon dan preman di terminal, lantaran ia tidak mau menuruti kehendak calo.

Gani, warga asal Pringsewu, mengaku takut masuk terminal karena selain gelap malam hari, juga pengamanannya tidak terjamin. Ia lebih memilih untuk keluar kota menggunakan bus yang 'ngetem' di jalan-jalan.

"Banyak yang naik bus di jalan, selain cepat, tarif ongkosnya pun standar," katanya.

Penumpang bus AKDP juga, setibanyak di kota Bandar Lampung, banyak turun di Bundaran Tugu Radin Intan, Hajimena, Rajabasa.

Mereka khawatir bila masuk dalam terminal dengan tindakan "penghuni" terminal terhadap penumpang yang baru turun dari bus luar kota.

"Sering ditarik-tarik kalau turun dari bus dalam terminal. Apalagi tukang ojeknya sering maksa-maksa. Jadi tidak nyamanlah di sana," kata Harsono, calon penumpang lainnya.

Wali Kota Bandar Lampung, Herman HN, dalam Rakor Bulanan Pemkot Bandar Lampung, Kamis (11/6), meminta Kepala Dinas Perhubungan, A Rifa untuk segera menerangi dalam Terminal Rajabasa.

"Saya minta lampu dalam terminal (Rajabasa) terang benderang malam hari. Segera dikerjakan siang dan malam," katanya.

Ia mengatakan pada bulan Ramadhan dan arus mudik nanti, kondisi Terminal Rajabasa tidak lagi gelap gulita, dan menakutkan. Untuk itu, ia mendesak segera dipasang lampu, agar kondisi terminal terang dan nyaman bagi penumpang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement