REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hukum pidana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Bahiej menilai pembunuhan bocah berumur depalan tahun, Angeline sangat mungkin dilakukan secara berencana. Menurutnya, pembunuhan yang dilakukan didalam lingkungan keluarga minim tidak direncanakan.
“Selain berencana, menurut saya kemungkinannya tipis pembunuhan itu dilakukan secara tunggal. Pasti dilakukan bersama-sama, yang pasti kalau dilakukan bersama-sama pasti kesulitan apa lagi dilakukan di rumah,” kata Ahmad kepada ROL, Kamis (11/6).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pelaku pasti sebelumnya telah lebih dahulu merencanakan pembunuhannya, tidak mungkin langsung begitu saja. Apalagi, kata Ahmad, melihat korban yang masih kecil dan dilakukan di rumahnya maka tidak mungkin hanya dilakukan sendiri.
Selain itu, dengan adanya tindak pemerkosaan, dalam rekonstruksi kronologi kejadian disebutkan adanya teriakan yang dilakukan oleh Angeline. Dalam situasi tersebut menurutnya, ada yang janggal mengapa ibunya tidak mendengarkan.
Sebelumnya juga, masih menurut Ahmad, pelaku sempat mengaku jika ibunya ada di rumah tapi pengakuan ibunya tidak seperti itu. “Ini kan janggal, nggak mungkin pembunuhan tersebut direncanakan sendirian. Polisi harus kembangakan penyidikannya,” jelasnya.
Namun, kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menyatakan ibu tiri Anggeline, Margaret tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut. Dengan cepat hasil penyidikan menurutnya, ibu tirinya tidak ada andil dalam memberikan komando untuk membunuh ataupun sidik jari yang ditemukan.