Ahad 14 Jun 2015 00:39 WIB

Hati hati! Modus Adopsi Liar Kian Marak

Rep: C15/ Red: Citra Listya Rini
Adopsi (ilustrasi).
Foto: adoptionnetworklawcenter.net
Adopsi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencuatnya kasus pembunuhan Angeline membuat potret perlindungan anak di Indonesia semakin buruk. Selain mengungkap adanya kekeaman bagi anak, kasus Angeline menjadi jalan pembuka mafia adopsi liar yang menimpa para anak.

Sekertaris Jendral KPAI, Erlinda mengatakan, salah satu evaluasi dari kasus Angeline, perlu adanya pengetatan dan evaluasi terkait adopsi anak. Jangan sampai, adopsi anak malah menjadi salah satu cara untuk para oknum untuk melakukan kekerasan pada anak.

"Adopsi liar itu tidak bisa terelakan, ada beberapa oknum rumah sakit bahkan dukun bayi dan bidan yang malah memanfaatkan keadaan terdesak masyarakat dengan memperjual belikan anak," ujar Erlinda saat ditemui di Warung Daun, Sabtu (13/6).

Erlinda tidak hendak mengklaim kalau persoalan adopsi Angline bermasalah. Namun, kasus Angeline memang menjadi alarm bagi dunia anak. Jika adopsi dilakukan secara asal, maka bukan tidak mungkin anak malah tidak mendapatkan haknya.

Seperti diketahui, Angeline sendiri merupakan anak dari pasangan suami istri yang tak mempunyai biaya untuk menebus biaya rumah sakit. Akhirnya, Angeline didopsi oleh Margareth seorang warga Bali. Setelah kasus kematian bocah tersebut mencuat, diketahui bahwa kondisi Margareth sendiri tidak layak untuk mengurus Angeline.

Erlinda menitik beratkan persoalan ini pada minimnya regulasi yang selakma ini ada. Adanya regulasi perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya bisa dilakukan oleh negara. Negara juga belum bisa menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup anak.

"Kasus Angeline merupakan salah satu kasus dari sekian banyak kasus anak yang terjadi. Banyak sekali anak anak yang menerima kekerasan tetapi tidak pernah terexpose dipublik," ujar Erlinda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement