REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003 oleh mantan Presiden George W Bush, masih terus dituding sebagai awal kelahiran ISIS. Sekali lagi, tudingan itu kembali mengemuka dari Seth Manzel, anggota US Army Infantryman dari Lakewood, yang juga seorang komentator politik di sejumlah media AS.
"Tidak ada satupun di Amerika Serikat yang memberi perhatian serius kepada Bush atas bencana yang ia ciptakan di Irak baru-baru ini. Dia yang menyebabkan lahirnya ISIS (ISIL)," kata Manzel dilansir Press TV, Sabtu (13/6).
Mantan presiden AS itu sebelumnya, pada Jumat (12/6), menyatakan bahwa Amerika membutuhkan banyak personel untuk membantu penumpasan ISIS di Irak. Obama, kata dia, harus memiliki tekad yang besar menumpas ISIS.
Namun bagi, Manzel, bagaimanapun, jumlah pejuang bukan jadi jaminan. "Ini bukan masalah kurangnya manusia melawan ISIS. Ini adalah kurangnya alokasi sumber daya, koordinasi dan kemauan," katanya.
Manzel percaya beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintahan saat ini justru memperparah situasi di Suriah. Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Obama, sejauh ini mencoba strategi yang berbeda mwnghadapi ISIS. Pola penyerangan terhadap ISIS di berbagai daerah, juga dilakukan koalisi AS dengan cara berbeda.
Amerika Serikat mengaku telah menghabiskan lebih dari 2,7 miliar dolar AS (Rp 43 triliun) untuk perang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Uang itu telah keluar sejak pemboman AS mulai Agustus 2014. Dari sejumlah itu, terhitung biaya rata-rata dalam sehari, mencapai sembilan juta dolar.
Pentagon dalam laporannya, dilansir CBS, Jumat (12/6), menunjukkan bahwa Angkatan Udara telah menanggung dua pertiga dari total pengeluaran. Alokasi anggaran Angkatan Udara meliputi biaya tempur harian, pengintaian penerbangan, dan lainnya yang memakan lebih dari 5 juta dolar per hari.