REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Poros Muda Golkar, Andi Sinulingga mengomentari perundingan kedua kubu Golkar pada Senin (15/6) lalu. Andi mengatakan dalam perundingan tersebut tidak ada hal yang substansial yang diputuskan.
"Menyikapi perundingan tim kedua golkar kemarin, poros muda berpandangan bahwa tidak ada sesuatu yang substansial yang diputuskan," kata Andi Sinulingga kepada ROL, Selasa (16/6).
Kedua kubu, lanjutnya, hanya berputar pada soal semangat yang sama untuk menyukseskan pilkada, bahkan menghindari hal-hal yang justru pada pintu utama jalan keluar. Hal-hal tersebut misalnya siapa yang akan memimpin Tim penjaringan pilkada, apakah dari kubu Aburizal 'Ical' Bakrie atau dari kubu Agung Laksono (AL).
Kedua, sulit disatukan siapa yang akan menandatangani surat dalam pilkada, apakah kubu Ical atau kubu Agung. "Atau di-cross kalau ARB sebagai Ketum maka Zainuddin Amali yang tanda tangan, begitu juga sebaliknya jika AL sebagai ke ketum dan Idrus Marham yang tanda tangan," lanjutnya.
Ketiga, meski dua hal tersebut dapat sepakati, maka tidak akan cukup waktu bagi Golkar untuk maksimal dalam proses penjaringan maupun pemenangan calon-calon kepada daerah yang diusung.
"Kapan golkar akan melakukan survey potensi calon, siapa yg akan membiayai survey tersebut, bagaimana teknis penentuan calon jika masing-masing kubu punya calon dan ngotot dengan calonnya masing-masing," ujarnya.
Menurutnya waktu yang tersedia hanya 40 hari ke depan belum dipotong lima hari sebelum dan lima hari setelah lebaran. Meski demikian Poros muda Golkar tetap memberikan apresiasi terhadap pertemuan tim kedua kubu kemarin.
Poros muda berpendapat bahwa Golkar tidak perlu membuang-buang waktu lagi dan segera Islah, Ical dan Idrus Marham harus duduk dengan Agung Laksono dan Zainuddin Amali secara langsung dan segera memutuskan kesepakatan untuk sukses pilkada tersebut.
"Tidak perlu lagi buang-buang waktu. Di perlukan kebesaran jiwa dari mereka-mereka yg kami sebutkan tadi. Kebesaran jiwa untuk kepentingan banyak orang," tegasnya.