REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pembunuhan Engeline, bocah delapan tahun di Bali, kini tengah menjadi perhatian publik.

Pengamat hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI) Chudry Sitompul menilai masyarakat tidak sabar menunggu perkembangan kasus, untuk membuktikan tersangka baru yang dalam hal ini masih terus digali kepolisian setempat.

Chudry mengatakan, pihak kepolisian tetap harus bersikap hati-hati dalam proses penyelidikan. Baik itu menetapkan status tersangka ataupun memeriksa pihak dan tempat terkait.

"Polisi itu kan harus hati-hati ungkap kasus. Dalam hal ini saya merasa publik itu terlalu 'gemes' ingin cepat polisi mengungkap misteri kasus ini," katanya saat dihubungi ROL, Selasa (16/6).

Apalagi, tambahnya, rasa ingin tahu publik semakin diperkuat dengan dugaan-dugaan dalang dalam kematian bocah delapan tahun itu adalah ibu angkatnya sendiri, Margriet Christina Megawe.

Padahal tentunya polisi perlu cukup waktu untuk memperoleh bukti kuat yang akhirnya benar-benar mengarah ke dirinya. Menurutnya, kinerja polisi seharusnya diapresiasi publik.

Mulai dari keberhasilan menemukan jenazah Engeline yang terkubur di tempat tidak layak. Hingga menetapkan dua tersangka yakni satpam kediaman keluarga angkat Engeline, Agustinus Tai Hamdamai atas pembunuhan serta Margriet sebagai tersangka penelantaran anak.

Untuk anggapan adanya kecurigaan polisi mendapatkan iming-iming harta warisan dari Margriet, ia menyebut hal tersebut susah untuk dibuktikan. Apalagi melihat kinerja polisi yang sudah berusaha semaksimal mungkin.

"Kalau soal itu (iming-iming) saya nggak tahu, tapi sudah dibuktikan. Polisi juga saat ini sudah bekerja maksimal," ujarnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika