REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Fungsi Perum Bulog sebagai lembaga penyangga harga-harga kebutuhan pokok akan kembali direvitalisasi. Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel kepada wartawan sebelum acara peluncuran program revitaliasasi 1.000 pasar di Purwokerto oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (30/6).
Dia menyebutkan, dalam menjalankan fungsi sebagai penyangga harga kebutuhan pokok masyarakat ini, Bulog akan secara langsung hadir di tengah-tengah masyarakat melalui kios atau gerai yang ada di pasar-pasar tradisional.
''Gerai Bulog ini, nantinya akan hadir di 1.000 pasar rakyat yang akan direvitalisasi. Dengan demikian, Bulog akan bisa ikut langsung menjaga stabilitas harga,'' jelasnya.
Bahan kebutuhan yang nantinya menjadi tanggung jawab Bulog untuk dipertahankan stabilitasnya, antara lain seperti komoditi beras, minyak goreng, gula pasir, daging sapi dan berbagai kebutuhan pokok lain yang memiliki andil besar terhadap inflasi.
Melalui keberadaan Bulog di pasar-pasar, maka lembaga tersebut kelak bisa bertindak sebagai distributor dari kebutuhan pokok masyarakat. Terutama pada masa terjadi gejolak harga.
''Dengan keberadaan Bulog di pasar tradisional, maka Bulog bisa langsung bertindak bila terjadi lonjakan harga. Antara lain dengan menambah pasokan pada para pedagang pasar,'' katanya.
Soal darimana pasokan barang yang digunakan untuk menekan gejolak harga, Rachmat menyatakan, prioroitasnya adalah barang yang diproduksi dari dalam negeri. Antara lain seperti dalam hal pengendalian harga daging sapi, maka yang diutamakan tetap harus sapi yang diperoleh dari peternakan-peternakan rakyat.
Namun demikian dia menegaskan, impor juga tetap diizinkan selama dibutuhkan untuk mengendalikan harga.
''Untuk memenuhu kebutuhan, kita juga masih impor sapi dari Australia. Tapi sapi impor tersebut, hanya digunakan untuk menutupi kekurangan,'' katanya.
Soal kebutuhan anggaran untuk merevitalisasi Bulog, Menteri Perdagangan mengakui Bulog memang akan membutuhkan tambahan dana untuk melaksanakan tugas sebaga penyangga bahan kebutuhan pokok. ''Soal dana, tentu nanti akan kita tambah. Terutama karena fungsi dan wewenang Bulog dalam upaya menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok akan semakin besar,'' jelasnya.
Rachmat Gobel juga mengakui, dengan program revitalisasi ini maka Bulog bisa jadi akan menjadi lembaga yang berperan besar dalam tata niaga bahan kebutuhan pokok seperti pada masa Orde Baru. ''Kalau memang Bulog menjadi berperan besar memangnya salah? Saya kira tidak. Kalau dulu terjadi persoalan pada Bulog, hal itu bukan karena fungsinya. Fungsi Bulog sebagai lembaga penyangga harga kebutuhan pokok saya kira memang sangat kita butuhkan,'' tegasnya.