Kamis 02 Jul 2015 06:17 WIB

Psikiater: Tingkat Kecemburuan Kaum Homoseksual Lebih Tinggi

Rep: C38/ Red: Erik Purnama Putra
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.
Foto: abc news
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikiater Profesor Dadang Hawari menilai pernikahan sejenis tidak mungkin dapat diberlakukan di Indonesia. Ia juga menyoroti pernikahan pasangan homoseksual Indonesia yang dilakukan di luar negeri.

“Ini memang agak mengejutkan Amerika Serikat berani begitu. Tapi, di Indonesia tidak mungkin. Kita masih religius. Pernikahan sesama jenis dilarang oleh agama, baik Islam maupun non-Islam,” kata Dadang kepada Republika, Rabu (1/7).

Menurut Dadang, organisasi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) yang berada di Indonesia cabangnya dari luar negeri. Diam-diam para aktivis LGBT di Tanah Air terus bergerak. Seperti narkoba, aktivitas organisasi LGBT itu tidak terang-terangan, tapi keberadaan mereka terus meluas.

Meski pernikahan sesama jenis tidak disahkan di Indonesia, banyak pasangan yang menikah di luar negeri. Menurut dia, hal itu akan memunculkan serangkaian benturan sosial. Pernikahan pasangan hetero saja seringkali mengalami masalah, apalagi perkawinan sesama jenis.

Dia menjelaskan, risiko tingkat kekerasan yang dilakukan oleh pasangan sejenis jauh lebih tinggi dibandingkan pasangan hetero. Pasalnya, tingkat kecemburuan mereka lebih tinggi. Sebagai kelompok minoritas, rasa kepemilikan dan hasrat untuk mempertahankan pasangan sangat tinggi.

Dia mencontohkan, kematian perancang busana asal Italia, Gianni Versace, yang dibunuh mantan teman kencannya. Di Indonesia, kasus serupa juga terjadi pada pembunuh berantai, Rian asal Jombang, yang membunuh korban lantaran cemburu.

 “Semestinya otoritas di luar negeri tidak boleh menikahkan warga asing yang ingin menikah sesama jenis, jika negara asal pasangan itu melarang,” kata Dadang. Dia menyatakan, selama ini yang terjadi, mereka dibiarkan hidup bersama dan baru dikenai hukuman saat melakukan tindak pidana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement