REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indonesian Legal Roundtable (ILR) Erwin Natoesmal Oemar menilai calon pimpinan (capim) KPK didominasi kalangan baru. Kalangan ini dilihatnya masih belum cukup berpengalaman di dunia anti korupsi.
Erwin mengatakan para pendatang baru ini juga harus menjadi pertimbangan matang-matang oleh tim panitia seleksi (pansel). Apalagi untuk menjadi pimpinan lembaga anti korupsi seperti KPK.
"Saya melihat masih didominasi kalangan yang istilahnya newbie. Mereka masih belum berpengalaman dalam penegakkan antikorupsi," katanya saat dihubungi ROL, Ahad (5/7).
Hal ini dianggapnya tentu membahayakan kinerja KPK ke depannya. Sebab, pengalaman dan jejak rekam di bidang antikorupsi haruslah menjadi prioritas dari seorang pimpinan KPK.
Dia mengumpamakan capim kalangan pendatang baru sebagai orang yang tidak berpengalaman menyupir. Sementara KPK sebagai mobil yang harus dikemdarai ke tujuan yakni memberantas dan mencegah korupsi. Tapi tentu saja mobil yang dikendarai supir yang tidak berpengalaman akan memiliki masalah ke depannya.
Hal ini yang menurutnya harus dihindari. Apalagi tugas KPK tidak mudah disamping banyaknya tekanan dan masalah ke depan yang akan menghadang. Karena itu, butuh capim yang benar-benar memiliki lata belakang yang bagus dalam kegiatan anti korupsi. Jadi kemudian bisa diaplikasikn di lembaga anti rasuah tersebut.
Ia menghimbau pansel lebih berhati-hati untuk meloloskan capim dalam seleksi berikutnya. Terutama capim yang berasal dari kalangan politisi dan lembaga penegak hukum lainnya seperti kepolisian dan kejaksaan.
Pada Sabtu (4/7) kemarin, Pansel Capim KPK mengumumkan 194 nama yang lolos seleksi administrasi capim KPK. Capim yang lolos masih didominasi kalangan advokat.