REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan, konflik antara TNI dan Polri terjadi lagi. Kali ini penyerangan Markas Brimob yang diduga dilakukan oleh personel Penerbang Angkatan Darat di Semarang.
Menurut dia, peristiwa itu menunjukkan kalau panglima TNI terpilih Gatot Nurmantyo memiliki tugas berat yang diembannya. "Insiden ini cukup disayangkan karena terus saja berulang, konflik internal menjadi PR besar bagi Pak Gatot Nurmantyo selaku panglima TNI terpilih," ujarnya, Selasa, (14/7).
Dia menyatakan, tantangan Indonesia ke depan cukup berat. Adanya potensi perang asimetris, belum lagi perang proxy. Semuanya berpotensi mengancam keutuhan NKRI. "Untuk menghadapi tantangan-tantangan berat itu. TNI harus kuat, doktrin TNI Tri Darma Eka Karsa memiliki semangat persatuan antarmatra yang ada, AD, AL dan AU," kata politikus PKS tersebut.
Ketiganya, terang Sukamta, bersatu dalam membela dan mempertahankan keutuhan NKRI. Tapi bagaimana bisa mengemban amanah itu kalau di internal TNI sendiri belum bersatu.
Panglima TNI, ujar dia, harus langsung turun tangan menengahi konflik Brimob dan satuan Penerbang AD. Jangan sampai perang proxy yang selama ini diwaspadai justru malah TNI yang jadi targetnya. "Bisa jadi karena ada kekuatan luar yang mendesain supaya TNI terus dirundung konflik. Bisa repot kalau itu benar," kata Sukamta.
Makanya, lanjut dia, perkuat internalisasi doktrin TNI agar tahan dari infiltrasi musuh yang bisa memicu serangan proxy. Perkuat juga sistem penegakan kedisiplinan yang ada di satuan. Seharusnya perwira atasan dua level di atasnya bertanggungjawab dan memperbaiki sistem pembinaannya.