Rabu 15 Jul 2015 08:23 WIB

9 Tahun Mengudara, Pesawat NASA Berhasil Potret Pluto dari Jarak Dekat

Penampakan Pluto
Foto: NASA
Penampakan Pluto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat ruang angkasa Badan Antariksa AS (NASA) berhasil mencetak sejarah. Pesawat NASA berhasil 'mencapai' jarak terdekat dengan Pluto, planet kerdil yang belum dijelajahi di tata surya. Keceriaan muncul di pusat kendali New Horizons, pesawat NASA ini. Tim New Horizons merayakan secara dramatis keberhasilan misi luar angkasa ini. Pesawat New Horizons sudah berada sembilan tahun di luar angkasa hingga akhirnya 'sampai' menuju Pluto.

Laman The Guardian menulis, keberhasilan ini menandai AS bisa mengkalim diri sebagai satu-satunya negara yang berhasil mengunjungi planet di sistem tata surya klasik. "Kami telah menyelesaikan pengintaian awal tata surya. Usaha ini dimulai di bawah presiden Kennedy," ujar Alan Stern, ilmuwan yang memimpin misi ini.

Stephen Hawking, ahli kosmologi Cambrigde yang bergabung dalam misi ini memberi selamat kepada tim New Horizons yang akhirnya berhasil memecahkan misteri Puto. Menurut dia, inspirasi dari New Horizons dapat membantu ilmuwan dan manusia untuk memahami lebih baik bagaimana sistem tata surya terbentuk. "Kita menjelajahi karena kita manusia dan kita rindu untuk tahu," ujar dia.

Gambar-gambar berseri menunjukkan Pluto dalam suasana merah dan oranye. Diduga warna-warna ini merupakan lembah, pegunungan dan kawah. Selasa (14/7) NASA merilis gambar terbaru Pluto yang diambil sekitar 16 jam sebelum pesawat New Horizons mencapai jarak terdekat dengan planet kerdil tersebut.

Pluto memiliki medan bervariasi dengan bercak htam di khatulistiwa dan daerah cerah ke utara. Permukaannya terlihat lebih muda dan halus dibandingkan dengan satelit terbesarnya, Charon. Diduga, hal ini disebabkan karena aktivitas geologi. Sensor pada New Horizons mendeteksi atmosfer nitrogen yang tipis. Ilmuwan menduga ini adalah tumpahan salju yang serpihannya jatuh sebelum menguap kembali ke atmosfer.

Dari hasil pengukuran, Pluto kemungkinan memiliki ukuran yang lebih besar dari perkiraan.Salah satu bahaya terbesar misi ini adalah adanya debu luar angkasa yang bisa membentuk awan berkabut di sekitar Pluto yang mungkin bisa terlempar oleh satelitnya akibat serangan meteroid. Hal Weaver, salah seorang ilmuwan mengatakan bertabrakan dengan partikel debu ini bisa menghancurkan misi. Namun risiko ini hanya 1: 10 ribu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement