REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- ISIS melarang penduduk Mosul, Irak Utara untuk berdoa pada hari raya Idul Fitri. Mereka mengklaim praktik tersebut bukan bagian dari agama Islam.
Idul Fitri biasa dikenal sebagai hari raya setelah berakhirnya puasa Ramadhan selama 30 hari dan dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Sementara itu salah satu pejabat Partai Demokrat Kurdistan, Ismat Rajab, menyatakan kelompok militan itu mengklaim praktik perayaan pada Idul Fitri awalnya bukan praktik Islam dan tidak diikuti oleh umat Islam terdahulu, begitulah yang dilaporkan Rudaw yang dilansir IB Times.
ISIS sudah mengeluarkan peringatan resmi kepada semua warganya untuk menahan diri agar tidak sholat ied pada hari tersebut.
Kota Mosul diduduki ISIS sejak tahun lalu, menurut laporan ISIS memerintah kota yang berpenduduk mayoritas Sunni ini dengan tangan besi. Mereka membakar perpustakaan dan buku-buku, serta menghancurkan artefak-artefak kuno.
Mereka juga menjalankan mayoritas muslim di sana untuk menjadi muslim Syiah, dimana kelompok yang dianggap murtad tersebut.
Pasukan keamanan lokal dan pasukan milisi merencanakan serangan besar untuk merebut kembali kota Mosul, tapi kesulitan tentara Irak baru-baru ini di negara bagian lain itu menimbulkan pertanyaan atas efektivitas operasi mereka. Serangan itu akan tertunda dalam waktu yang tidak ditentukan.
Sementara itu, ISIS telah mengkonsolidasikan cengkeramannya di daerah dan membuat keuntungan lebih lanjut, yaitu dengan menghancurkan artefak di kota kuno terdekat Nimrud dan menduduki kota Ramadi.