REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penyerangan jamaah salat Idul Fitri serta pembakaran kios dan masjid di Tolikara, Papua, menyita perhatian masyarakat.
Ketua Umum Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Mushola Indonesia, Rhoma Irama meminta umat Islam tidak terpancing dan terprovokasi atas peristiwa itu.
Rhoma Irama mengatakan umat muslim tetap harus menunjukan bahwa agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang bisa saling mencintai sesama dan bukan sekadar omong kosong belaka.
"Islam sebagai rahmatan lil alamin, ini bukan lip service dari Islam," kata dia.
Rhoma mengaku kalau pernyataan tersebut, sudah ia sampaikan kepada sejumlah teman yang kebetulan beragama Nasrani, yang berada di tanah Papua, tak lama setelah peristiwa di Tolikara terjadi.
Ia menuturkan kalau hal tersebut, bisa dilihat dari bagaimana umat Muslim sangat menghargai umat beragama lain, untuk mempercayai Tuhan lain yang mereka percayai masing-masing.
Rhoma melanjutkan, peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi pemerintah, untuk bisa lebih cermat lagi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Peristiwa di Tolikara tersebut, menurut Rhoma, harus bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh pihak yang memiliki kewenangan, termasuk Badan Inteligen Negara.
"Ini harus dijadikan pelajaran, termasuk BIN untuk masuk," ujarnya.
Meskipun nantinya peristiwa di Tolikara terbukti sebuah kecelakaan, Rhoma meminta kalau apapun yang mungkin menjadi pemicu, harus bisa diminimalisir.
Meski begitu, ia masih belum berani menyimpulkan kejadian sebenarnya yang terjadi di Tolikara tersebut. "Saya menghimbau agar seluruh masyarakat, dapat menghindarkan buruk sangka kepada peristiwa tersebut," katanya lagi.