Selasa 21 Jul 2015 17:21 WIB
pembakaran masjid, insiden tolikara

Insiden Tolikara, Pemerintah Mengaburkan Fakta Sebenarnya

Rep: c26/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Harian ANAS, Athian Ali
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ketua Harian ANAS, Athian Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap pemerintah dinilai belum tegas mengantisipasi kasus kekerasan yang dilakukan jemaat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terhadap umat Muslim di Tolikara, Papua. Bahkan pemerintah terkesan mengaburkan fakta yang sebenarnya terjadi.

Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) mengatakan pengaburan ini terjadi seputar penyerangan, pembakaran rumah, kios, hingga tempat ibadah umat Islam. Seolah-seolah hanya dianggap sebagai perseteruan antar warga Tolikara.

"Sikap pemerintah Indonesia terasa belum tegas mengantisipasi peristiwa ini bahkan terkesan mengaburkan pokok persoalan yang terjadi, seolah-olah hal ini hanya merupakan persoalan perseteruan antar warga dengan mengabaikan fakta yang sebenarnya," kata Ketua ANNAS, Athian Ali dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (21/7).

Menurut Athian, fakta sebenarnya adalah masalah sikap intoleransi yang ditunjukkan jemaat GIDI kepada umat Islam. Selain itu jelas terjadi pemaksaan dan kesewenang-wenangan yang berkaitan dengan agama dan peribadahan Muslim yang sejatinya bebas menjalankan dan dilindungi undang-undang.

Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas dengan objektif dan transparan. Sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Selain itu pelaku yang menjadi aktor intelektual aksi ini harus segera diproses hukum yang sesuai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement