Rabu 22 Jul 2015 13:48 WIB

Pentagon: Serangan Udara Tewaskan Pemimpin Senior Alqaidah Suriah

Red: Ani Nursalikah
Pemimpin senior Alqaidah di Suriah Muhsin al-Fadhli yang disebut Pentagon telah tewas.
Foto: freemalaysiatoday.com
Pemimpin senior Alqaidah di Suriah Muhsin al-Fadhli yang disebut Pentagon telah tewas.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Terduga pemimpin Alqaidah dari kelompok Khorasan telah tewas dalam serangan udara oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Suriah utara.

"Serangan kinetik tersebut membunuh Muhsin al-Fadhli pada 8 Juli lalu saat ia sedang melakukan perjalanan dengan kendaraannya di dekat Sarmada, Suriah," kata juru bicara Pentagon Kapten Jeff Davis, Selasa (21/7).

Namun, ia tidak mengonfirmasi apakah pesawat tak berawak (drone) atau pesawat berawak yang telah membunuh Fadhli. Fadhli disinyalir merupakan pemimpin kelompok Khorasan, sebuah kelompok senior Alqaidah yang telah melakukan perjalanan dari Asia Tengah dan tempat lainnya di Timur Tengah untuk merencanakan serangan terhadap Barat di Suriah.

Para pejabat mengatakan Khorasan adalah bagian dari kelompok Al Nusra yang merupakan bagian dari Alqaidah cabang Suriah. Namun, para ahli dan aktivis meragukan perbedaan antara kedua kelompok tersebut.

Fadhli adalah fasilitator senior yang termasuk di antara beberapa pemimpin terpercaya Alqaidah yang menerima pemberitahuan serangan teroris di Amerika Serikat sebelum 11 September 2001.

"Kematiannya akan menurunkan dan mengganggu operasi eksternal yang sedang berlangsung dari Alqaidah terhadap Amerika Serikat serta mitra dan sekutu-sekutunya," kata Davis.

Davis juga mengatakan Fadhli juga terlibat serangan terhadap Marinir AS di Pulau Faylaka, Kuwait dan sebuah kapal tanker minyak milik Prancis, yaitu MV Limburg pada Oktober 2002. Ia juga dilaporkan sebelumnya telah menjadi target dalam serangan udara AS pada September tahun lalu tetapi kematiannya tidak dikonfirmasi oleh pejabat AS pada saat itu.

Kementerian Luar Negeri AS telah memberikan penawaran hadiah sebesar tujuh juta dolar AS untuk informasi yang mengarah pada kematian Fadhli atau penahanannya.

Ia dicari oleh pihak penegak hukum di Kuwait, Arab Saudi, dan Amerika Serikat terkait kegiatan terorisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement