Jumat 24 Jul 2015 21:00 WIB

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Cirebon (Habis)

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko
Warga gelar doa bersama di acara Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Kamis (15/8)
Foto: Antara
Warga gelar doa bersama di acara Grebeg Syawal di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon, Kamis (15/8)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON --  Selanjutnya, sultan dan kerabatnya turun dan bersama-sama warga kembali melakukan tahlil dan dzikir. Tak hanya itu, sultan pun melakukan tradisi sawer, yakni melemparkan uang logam ke

arah kerumunan warga.

Hal itu menjadi perlambang kemurahan hati dan bagi-bagi rejeki dari sultan dan kerabatnya. Warga pun antusias dan berusaha untuk berebut uang logam tersebut. Mereka juga berusaha untuk mendapat sisa makanan dan minuman yang telah disantap sultan dan kerabatnya.

 

Tak hanya Keraton Kanoman, tradisi grebeg syawal juga dilaksanakan Keraton Kasepuhan Cirebon. ‘’Alhamdulillah, hari ini adalah 8 Syawal, grebeg syawal,’’ ujar Sultan sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat.

 

Sultan menjelaskan, tradisi grebeg syawal itu dimaksudkan sebagai rasa syukur usai melaksanakan puasa sunah enam hari setelah Idul Fitri. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, puasa enam hari di bulan sawal itu laksana puasa selama setahun.

 

Sultan menjelaskan, saat grebeg syawal yang juga dikenal dengan istilah lebaran ketupat, Keraton Kasepuhan menggelar hajat masakan ketupat. Selain ketupat dan lontong, juga disajikan lauk pauk berupa sayur lodeh, sambal goreng dan semur ayam. Dalam hajat itu, ketupat dan lauk pauknya dikirim ke Astana Gunung Jati, Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, para wargi, abdi dalem dan masyarakat magersari.

‘’Pada hari Idul Fitri, kami tidak masak ketupat. Baru hari ini (8 Syawal). Kami bergembira dan bersyukur (setelah puasa sunah enam hari di bulan syawal),’’ terang Sultan.

 

Selain masak ketupat, lanjut Sultan, grebeg syawal juga diisi dengan ziarah ke Astana Gunung Jati. Ziarah yang diawali dari makam Sunan Gunung Jati dan Panembahan Ratu itu kemudian dilanjutkan ke makam Sultan Sepuh I sampai dengan Sultan Sepuh XIII. Selain membacakan doa, tahlil dan dzikir, saat ziarah itu juga ditaburkan bunga mawar dan melati di setiap makam.

‘’Dengan mendoakan dan berziarah ke makam leluhur, semoga kita juga mendapatkan berkahnya,’’ tandas Sultan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement