REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAILIAT -- Provinsi Bangka Belitung (Babel) sepertinya tak mau insiden kekerasan berbau SARA seperti di Tolikara, Papua, menjalar ke daerahnya.
Kapolres Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, AKBP Sekar Maulana bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), para tokoh masyarakat dan pemuda di daerah itu langsung menggelar deklarasi damai guna menciptakan kondisi yang aman dan tertib.
"Deklarasi damai penting kita lakukan demi kepentingan keamanan dan ketertiban daerah sehingga program pembangunan berjalan dengan lancar," katanya saat menggelar rapat koordinasi antarumat beragama di Sungailiat, Jumat (24/7).
Dia mengatakan, ada lima poin deklarasi damai yang ditandatangani yakni menolak tegas konflik antarumat beragama di Kabupaten Bangka yang dapat menganggu stabilitas keamanan.
Kemudian, menolak segala bentuk kekerasan dan terorisme dengan mengatasnamakan agama, menolak segala bentuk pemaksaan dan kekerasan terhadap pemahaman agama, siap menjaga dan mengawal kemurnian aqidah umat beragama dan menolak segala bentuk penyesatan dan penyimpangan.
Kemudian adalah siap menjaga kerukunan umat beragama serta menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif di masyarakat Kabupaten Bangka dengan saling menghargai antarumat beragama, mewujudkan toleransi hidup berdampingan dengan damai serta tidak menggangu pelaksanaan ibadah dan tempat ibadah.
"Saya yakin dengan ditandatanganinya kesepakatan damai antarumat beragama ini maka kedamaian yang selama ini sudah kita rasakan bersama dapat lebih ditingkatkan," ujarnya.
Sementara Bupati Bangka, Tarmizi Saat menyambut baik deklarasi damai tersebut dan pihaknya tetap akan mendukung sepenuhnya kegiatan keagamaan di daerahnya.
"Pemerintah daerah mendukung sepenuhnya kegiatan keagamaan dari agama manapun, namun tetap mengedepankan tolerasi antarumat beragama seperti tidak membangun tempat ibadah di lingkungan mayoritas agama lain," kata bupati