REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan penyebab Indonesia sering dilanda bencana alam gempa bumi. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, bencana itu dikarenakan oleh wilayah Tanah Air dilalui jalur subduksi maupun sesar yang ada di daratan.
“Mengapa terjadi seperti ini? yaitu karena alam. Ada jalur subduksi, pertemuan antara lempeng daratan Eurasia dengan lempeng Samudra Hindia Australia,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (28/7).
Ia mengatakan, dalam beberapa hari ini terjadi gempa bumi secara bersamaan. Pada Jumat (24/7), gempa bumi terjadi di sebelah tenggara Ciamis dengan kekuatan 5,7 Skala Richter (SR). Keesokan harinya gempa di sebelah selatan Malang, Jawa Timur, dengan kekuatan 5,9 SR. Terakhir, Selasa (28/7), hari ini gempa kuat dengan berskala 7,2 SR mengguncang Mamberamo Raya, Papua.
Dia menjelaskan, lempeng Australia ini bergerak 5-7 sentimeter per tahun. Dalam kurun waktu 200 tahun, kata dia, otomatis patah. Disaat itulah ketika lepas energi kemudian terjadi gempa. Selain itu, daratan Indonesia dikelilingi sesar. Diantaranya sesar Sumatra, Cimandiri, Bandung, Ciputat. Sesar lainnya adalah Yapen. “Sesar ini bergerak aktif meskipun tidak seaktif subduksi lempeng,” ujarnya.
Sementara di utara Papua, kata dia, kondisi seismotologinya lebih rumit karena bergerak hingga 12 cm per tahun. “Jdi kalau Indonesia setiap hari gempa itu wajar, yang penting jangan gede-gede lah gempanya,” ujarnya.
Menurut dia, yang patut diwaspadai saat ini adalah potensi gempa kuat yang menimbulkan tsunami. Sutopo menjelaskan, berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada dua energi potensi gempa yang masih terkunci, diantaranya di Mentawai.
Diperkirakan energi gempa maksimum sebesar 9 SR masih tersandera. Diperkirakan energi gempa ini akan dilepaskan dalam kurun waktu 200 tahun, tetapi tidak ada yang tahu waktu pastinya. Ketika gempa benar-benar terjadi, tsunami pasti akan menyertainya. Bahkan, tsunami menghantam kepulauan Mentawai hanya lima menit setelah gempa bumi. Sementara tsunami di pantai Barat Sumatra terjadi antara 25-35 menit pascagempa pertama.