REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II lebih rendah dari ekspektasi. Sebelumnya pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen mengingat pertumbuhan di kuartal I sebesar 4,7 persen.
Namun ternyata tiga bulan berikutnya Indonesia tidak mampu mencapainya. “Saya rasa ini bukan hanya sekadar faktor global,” ujar peneliti Institute for Development of Economist and Finance (Indef), Eko Listianto kepada ROL, Rabu (5/8).
Ia mengatakan ciri khas pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh konsumsi domestik. “Jika faktor global dijadikan kambing hitam untuk menurunnya pertumbuhan ekonomi, ini rasanya kurang tepat,” kata dia.
Dukungan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari unsur domestik lantaran jumlah penduduknya yang cukup besar. Konsumsi domestik, kata Eko, memang masih besar.
Namun jika dilihat dari keseluruhan tingkat ekonomi triwulan II, harusnya bisa lebih tinggi karena adanya momentum puasa dan Hari Raya Idul Fitri. “Lebaran memang jatuh pada Juli, tetapi seharusnya ada ancang-ancang dari industri dua bulan seblumnya untuk meningkatkan produksi,” ucapnya.