Senin 10 Aug 2015 20:11 WIB

Korban Penggusuran Kiaracondong Minta Sumbangan di Jalan

Rep: C01/ Red: Djibril Muhammad
Warga menolak penggusuran
Foto: antara
Warga menolak penggusuran

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekumpulan warga Jalan Karawang memilih untuk tetap tinggal di atas puing bangunan bekas penggusuran di Kawasan Kiaracondong. Untuk memenuhi kebutu sehari-hari, para warga secara bergantian meminta sumbangan di jalan.

Koordinator pengumpul dana, Ape (25), mengatakan untuk keperluan makan, para warga saling bergotong-royong untuk mengumpulkan dana. Tak jarang, warga bahu-membahu mengumpulkan puing dari sisa-sisa robohan bangunan di kawasan Kiaracondong tersebut.

Puing-puing bangunan yang berhasil dikumpulkan kemudian dijual dan hasilnya diberikan ke dapur umum.

Selain mengumpulkan puing, Ape mengatakan para warga juga bergantian untuk meminta sumbangan di jalan. Ape menjelaskan beberapa warga dibagi dalam shift berbeda untuk meminta sumbangan di titik jalan yang macet, termasuk di Jalan Ibrahim Adjie atau Jalan Kiaracondong.

"Yah, dana buat makan ya dengan begini, atau cari puing untuk dijual," terang Ape saat ditemui Republika, di kawasan pembongkaran Kiaracondong, Senin (10/8).

Dalam meminta sumbangan di jalan, Ape ditemani warga dewasa lainnya untuk berbagi tugas. Selain dengan warga dewasa, anak-anak juga terlihat ikut menemani dalam mengumpulkan sumbangan.

Ape mengatakan anak-anak harus tetap mengutamakan sekolah terlebih dahulu baru setelahnya boleh ikut membantu mengumpulkan sumbangan.

Seberapa pun besarnya dana yang berhasil didapatkan, Ape mengatakan hasilnya akan diserahkan sepenuhnya ke dapur umum. Besaran pendapatan dari pengumpulan sumbangan tersebut, lanjut Ape, tidak menentu. Ape mengatakan terkadang pihaknya berhasil mengumpulkan biaya Rp 100 ribu.

"Yang penting bisa buat makan kami semua. Berapa pun kita kasih ke dapur umum," tambah Ape.

Ape mengatakan tidak tahu pasti jumlah warga yang kini bertahan di tenda darurat yang berdiri di kawasan pembongkaran. Akan tetapi, jika menghitung dari jumlah makanan yang disediakan dapur umum, ada sekitar 150 porsi yang disediakan setiap harinya. Jadi Ape memperkirakan ada sekitar 150 warga yang masih tinggal di tenda darurat.

Ape mengatakan pihaknya kan tetap berada di tenda darurat sampai mendapatkan kejelasan dari Pemerintah Kota Bandung terkait pembongkaran. Ape mengaku tidak tahu menahu terkaik relokasi ke Apartemen Rakyat Rancacili, karena itu ia masih akan menetap di tenda darurat sampai Pemerintah Kota Bandung memberikan kepastian.

"Tinggal di rumah sendiri, bersama orang tua," jelas Ape.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung Yayan Ahmad Brilyana memastikan total kepala keluarga yang masih menetap di kawasan Kiaracondong hanya berjumlah belasan. Selain itu, Yayan juga memastikan pihaknya telah berkali-kali melakukan mediasi sebelum akhirnya pembongkaran dilakukan.

"Ini masalahnya mau pindah atau ngga pindah," terang Yayan saat ditemui di Balai Kota Bandung.

Yayan juga mengatakan pemerintah telah memfasilitasi warga Kiaracondong yang dibongkar rumahnya untuk menempati Apartemen Rakyat Rancacili sementara kawasan Kiaracondong dibangun. Pemerintah Kota Bandung, lanjut Yayan, tidak pernah bertujuan untuk mencelakakan warga, tetapi sebaliknya ingin mensejahterakan para warga di kawasan tersebut.

"Pemerintah ingin mensejahterakan rakyat, bagaimana di lahan yang terbatas tersebut (kawasan pembongkaran Kiaracondong) bisa dihuni hingga ratusan warga, dibangun ke atas," ujar Yayan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement