REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pembantu pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan akan bertemu di desa gencetan senjata Panunjom, Sabtu (22/8). Pertemuan ini meningkatkan harapan untuk mengakhiri kebuntuan yang membuat kedua belah pihak di ambang peperangan.
Pertemuan ini berlangsung setengah jam setelah Korut memberikan ultimatum agar Korsel menghentikan siaran propaganda di sepanjang perbatasan atau menghadapi aksi militer dari negaranya. Penasehat keamanan nasional dan menteri unifikasi Korsel akan bertemu dengan ajudan militer Korut, Hwang Pyong So. Keduanya juga akan bertemu dengan seorang pejabat senior yang menangani urusan antar Korea sore nanti.
"Selatan dan Utara setuju untuk mengadakan kontak terkait dengan situasi yang sedang berlangsung dalam hubungan Utara-Selatan pada 06.00 waktu kita di Panmunjom," kata wakil penasehat keamanan nasional Blue House, Kim Kyou-hyun.
Korut sebelumnya membuat proposal awal pada Jumat (21/8) untuk melakukan pertemuan. Sementara Korsel membuat revisi proposal untuk meminta kehadirang Hwang.
Ketegangan di semenanjung Korea meningkat sejak keduanya bertukar tembakan artileri pada Kamis (20/8). Hal ini mendorong permintaan tenang dari PBB, Amerika Serikat dan sekutu tunggal utama Korut, Cina.
Korut secara teknis masih berperang dengan Korsel sejak konflik 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian.