REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim 2015 di Paris pada Desember mendatang, Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya menggelar Pesta Sains bertema Perubahan Iklim.
Pesta Sains menampilkan berbagai rangkuman hasil penelitian dan artikel mengenai perubahan iklim di dunia dan di Indonesia, sebagai bahan informasi dan diskusi menyikapi dampak perubahan iklim yang telah dirasakan masyarakat.
Diutarakan oleh Antoine Vedel, yang merupakan Tutor Pusat Budaya Sains-Perancis, berbagai informasi yang ditampilkan pada Pesta Sains kali ini bertujuan menggugah kesadaran masyarakat mengenai dampak perubahan iklim, sekaligus mencari solusi mengatasi persoalan perubahan iklim yang sudah menjadi masalah dunia.
Perilaku sekecil apa pun dari manusia yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, akan sangat berpengaruh terhadap upaya mengatasi perubahan iklim secara global.
“Kita bisa mendapatkan solusi yang memungkinkan diterapkan di seluruh dunia, kalau kita bisa melakukan tindakan secara individual. Seperti hemat air, memilah sampah, mematikan lampu atau listrik ketika tidak digunakan lagi, menggunakan AC dengan derajat yang tidak terlalu dingin, belanja di supermarket untuk membeli 1 botol air tidak perlu kantong plastik. Tindakan-tindakan kecil ini yang terangkai menjadi tindakan yang besar, kalau kita ada 50 juta orang yang melakukan ini akan ada efek yang besar,” katanya.
Direktur IFI Surabaya, Veronique Mathelin mengatakan, Pesta Sains bertema perubahan iklim hanya ingin membuka pemikiran masyarakat mengenai persoalan perubahan iklim. Upaya mengatasi perubahan iklim dapat dimulai dari pemahaman yang benar dari masyarakat, mengenai pentingnya menjaga keberlangsungan bumi dan alam semesta.
“Tujuannya untuk membuat semua orang memahami apa itu perubahan iklim, bagaimana mengatasinya, apa saja aktivitas manusia yang dapat mengubah iklim, dan bagaimana festival ini menjadi kunci untuk memahami bagaimana bekerja dan melakukan aksi dan reaksi mengenai perubahan iklim,” tambahnya.
Ketua Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Dadang Sudardja menegaskan, mengatasi perubahan iklim harus menjadi gerakan bersama seluruh negara di dunia, khususnya komitmen bersama negara-negara maju dalam mengurangi emisi gas karbon dari aktivitas industri.
“Yang paling penting adalah ada satu kesepakatan bahwa mereka harus punya pemahaman dan kesepakatan untuk menurunkan emisinya, apakah itu dengan memperbaiki teknologi, atau dan lain sebagainya. Juga termasuk bagaimana juga, misalnya soal investasi-investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia, ini juga tidak mengabaikan nilai-nilai ekologis,” katanya.