REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane mengatakan, adanya penyatuan sistem pendidikan TNI-Polri di tingkat akademi tidak akan menjamin tidak adanya lagi bentrokan antara dua lembaga tersebut.
"Buktinya tahun 2015 ini sudah dua kali terjadi bentrokan TNI-Polri. Yang ada, dengan penyatuan pendidikan ini justru Polri makin represif," kata Neta dalam siaran persnya, Senin (31/8).
Alasannya, sambung Neta, pada enam bulan pertama, anggota Polri mendapat pendidikan ala militer yang selalu mengedepankan sikap-sikap represif. Dalam pendidikan dasar anggota Polri itu sudah ditanamkan jiwa militeristik. Tentunya, nilai awal yang ditanamkan itu akan menjadi dasar bagi kehidupan dan dinamika kepolisian ke depan dan situasi tersebut akan sangat berbahaya.
"Sebab dalam menghadapi masyarakat dan menjalankan tugasnya sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, orientasi anggota Polri akan bergaya militer," ucapnya.
Kondisi tersebut akan bertolak belakang dengann semangat reformasi yang menghendaki lahirnya Polri sebagai polisi sipil yang profesional.
Dengan penyatuan sistem pendidikan ini, ke depan publik akan melihat bahwa konflik TNI-Polri di tingkat bawah tidak terselesaikan, justru di tingkat menengah atas akan muncul sikap militeristik yang juga berpotensi memunculkan konflik baru.
"Artinya, dalam mengatasi masalah konflik TNI-Polri, elit-elit negeri ini memunculkan masalah baru yang tak kalah pelik," ujarnya.
Sebelumnya, bentrokan TNI dan Polri terjadi di Semarang pada (12/7), antara Brimob Polda Jateng dengan anggota Penerbad TNI AD (Penerbad).
Bentrokan berawal dari kesalahpahaman dua anggota Penerbad dengan lima anggota Mako Brimob Polda Jateng Detasemen A Pelopor Subden 1, Semarang di sebuah ATM. Akibatnya, warga Condro Kusumo RT 08/05, Gisikdrono ketakutan, apalagi saat melihat ratusan orang yang mendatangi Mako Brimob hingga terdengar empat kali letusan senjata pada pukul 02.00 WIB itu.
Kemudian bentrokan kedua terjadi pada Ahad (30/8), kemarin, di Makasar seorang anggota Kompi Senapan B Yonif 721/ Makassar, Prada Yuliadi, tewas terkena tembakan di perut. Penembakan terjadi menyusul keributan antara salah seorang anggota Kodim 1401/Majene dengan sekelompok anggota Patmor Polres Polewali Mandar, Sulawesi Barat.