REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Merah Putih (KMP) menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan di Gedung Bakrie Tower, Jakarta, Kamis (9/3).
Dalam pertemuan itu, PAN menjelaskan keputusan bergabung dan mendukung program pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla kepada majelis KMP yang dipimpin Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Berikut pernyataan Prabowo Subianto dalam acara Silaturahmi KMP, 3 September 2015:
Saya ingin gunakan kesempatan ini untuk bicara tentang rupiah, bicara tentang kedaulatan, tentang kepemilikan. Rupiah akan kuat jika ekonomi negara kuat.
Kekuatan itu tentang kepemilikan. Kamu punya apa? Negara kita punya apa? Jika aktivitas ekonomi banyak, tetapi bukan milik negara, bukan milik warga negara, Indonesia tidak akan pernah bisa jadi negara kuat. Karena keuntungan ekonomi lari ke negara lain. Batu bara, tambang, dan sebagainya.
Jadi, pertumbuhan 5 persen, 6 persen, saya berani katakan mau pertumbuhan 12 persen pun kalau kepemilikannya bukan di tangan bangsa Indonesia, tidak ada artinya.
Sebagai contoh, katakanlah perusahaan Astra. Perusahaan Astra nilainya sekarang, jika tidak salah, lebih dari 45 miliar dolar. Tetapi, pemiliknya adalah orang asing. Berarti, keuntungan itu mengalir ke luar negeri. Demikian pula dengan BCA, nilainya adalah 15 miliar dolar dan keuntungannya juga mengalir ke luar negeri, dan seterusnya.