REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku tidak ingin menggenjot peningkatan produksi garam rakyat tanpa dibarengi peningkatan kualitas garam lokal atau rakyat.
Dia menilai, peningkatan kualitas garam rakyat justru bisa memberikan kesempatan garam produksi lokal untuk menggeser garam industri yang selama ini masih impor.
Susi mengungkapkan, untuk meningkatkan kualitas garam rakyat pihaknya sedang menyiapkan pemberian bantuan geomembrane kepada 35 ribu petani garam di 40 kabupaten/ kota. Pemberian teknologi geomembrane ini sekaligus memperbaiki teknologi geoisolator yang selama ini dipakai.
KKP mencatat, harga garam petani di sejumlah daerah saat ini masih anjlok, masih berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 750 per kilogram. Kondisi ini yang membuat para petani garam kerap mengalami kesulitan dalam meningkatkan kualitas garam yang mereka hasilkan.
"Kita saat sekarang tidak mendorong produksi, kita sekarang memperbaiki kualitas dulu dengan memberikan geomembran. Sekarang ini geoisolator kita mau ganti geomembran, yang mana lebih tebal dan juga dengan lebarnya jadi lebih murah. Kita akan ganti itu, jadi lebih bagus, lebih tebel, lebih awet, tidak akan sobek, supaya garam kualitasnya lebih baik," ujar Susi usai bertemu dengan perwakilan petani garam di kantornya, Rabu (16/9).
Susi menilai, peningkatan kualitas adalah langkah yang tepat untuk bisa menekan impor garam industri yang membanjiri industri dalam negeri selama ini. Akan percuma, katanya, bila produksi meningkat namun dibarengi dengan harga anjlok.
Selain itu, Susi menilai produksi meningkat namun harga anjlok juga akan menyakitkan petani, di mana petani yang bekerja keras.
"Harga anjlok, produksi meningkat ya ngapain, kasihan. Untuk produksi garam itu kan mereka harus panasan, bekerja keras, ya kalau bisa harga yang ada harus maksimum. Jadi, jangan sampai harga garam petani diurukin garam impor, gitu aja," lanjutnya.