REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Brunei Darussalam memiliki potensi menjadi landasan dalam upaya diversifikasi sektor halal. Terutama apabila Brunei dapat memperhatikan kepentingan internasional serta memperluas nilai tambah pengolahan dan perkembangan industri halal tersebut.
Setelah lama negara fokus pada budi daya reputasi internasional untuk kualitas halal, selera investor pun tumbuh untuk produk-produk halal di Brunei, mulai dari produk makanan, kosmetik hingga obat-obatan.
Sebagai salah satu pendatang baru di pasar global, kekuatan merek halal Brunei adalah pengawasan pemerintah. Sistem sertifikasi juga memiliki keuntungan dari badan akreditasi tunggal, di bawah payung Kementerian Agama.
Tidak ada aturan yang bertentangan di lembaga keagamaan seperti yang terlihat di banyak pasar lainnya. Mengingat pasar domestik halal Brunei yang relatif kecil, peluang pertumbuhan sektor tersebut berfokus pada penjangkauan internasional dengan memasuki pasar halal global.
Menurut laporan pers regional, pasar makanan halal di seluruh dunia bernilai sekitar 1,1 triliun dolar AS. Ini merupakan salah satu segmen yang terus tumbuh secara global. Industri halal Brunei telah mengumpulkan minat regional dan internasional, dengan beberapa negara aktif untuk membangun kemitraan.
Maret lalu, Brunei mengundang investor dari Cina dan Inggris untuk mengambil bagian dalam 300 miliar dolar AS taman industri halal, sebuah inisiatif yang dipimpin oleh Departemen Perindustrian dan Sumber Daya Primer (MIPR) yang saat ini dalam tahap pembangunan.
Taman seluas 500 hektare yang terletak di barat laut ibukota Bandar Seri Begawan ini dikenal sebagai Bio-Inovasi Koridor (BIC) dan merupakan bagian integral dari strategi diversifikasi ekonomi Brunei yang lebih luas.
Menurut MIPR, BIC akan membantu mempromosikan penelitian yang lebih maju dan inovasi dalam industri. "Kami mencari kolaborator internasional, dalam hal penelitian dan pengembangan, co-investasi dan transfer teknologi," ujar managing director SQW Cina, Gary Ho, yang ditunjuk sebagai konsultan proyek taman halal tersebut seperti dikutip dari Oxford Business Group, baru-baru ini.
Pasar mayoritas Muslim seperti Indonesia dengan populasi sekitar 250 juta penduduk dinilai cocok dengan produk halal Brunei. Permintaan produk halal juga berkembang di Cina, di mana sertifikasi halal dipandang sebagai jaminan kualitas yang lebih tinggi.
Saahtain Foods, produsen makanan halal berbasis di Dubai berencana memasuki pasar Asia Tenggara dengan mengembangkan fasilitas produksi di Brunei. CEO Saahtain Foods, Adeel Ali Khan mereka akan mulai beroperasi sebelum akhir tahun.