Rabu 23 Sep 2015 08:40 WIB

Anda Ingin Berkurban? Perhatikan Hal Berikut ini

Hewan kurban
Foto: Musiron/Republika
Hewan kurban

REPUBLIKA.CO.ID, Berkurban memiliki pahala dan keutamaan yang besar. Karenanya, tuntunan berkurban disandingkan dengan perintah shalat seperti tertuang di surah al-Kautsar ayat 2. Sebuah hadis menyebut pula, berkurban sangat dicintai Allah SWT. Dan, hewan yang dikurbankan kelak akan menjadi saksi dan bukti ketulusan di hadapan-Nya.

Guru Besar Ilmu Hadis Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, Prof Abdurrahman al-Barr, menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul al-Udhhiyah Fadhluha wa Ahkamuha bahwa yang mutlak harus ditekankan oleh mereka yang hendak berkurban ialah meluruskan  niat. Akibat inkonsistensi niat, pahala berkurban terancam sia-sia.

 

Motif utama pekurban seyogianya bukan perkara duniawi seperti menarik pujian atau simpati. Melainkan, sudah semestinya kurban yang ditunaikan murni ditujukan untuk-Nya. Ini karena hakikat dan esensi berkurban ialah tercapainya ketakwaan dalam diri seseorang.  “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. al-Hajj [22] : 37).

 

Selanjutnya, Abdurrahman mengemukakan, agar pekurban tidak memotong kuku atau mencukur rambutnya ketika memasuki 10 Dzulhijjah. Ini seperti yang dianjurkan dalam hadis Muslim dari Ummu Salamah. Rasulullah SAW menganjurkan agar orang yang ingin berkurban tidak memotong sedikitpun dari rambut atau kukunya."Jika masuk 10 Dzulhijjah sementara seseorang ingin berkurban hendaknya, ia tidak memotong rambut atau kukunya."  

Hikmah di balik tuntunan ini, antara lain agar pembebasan dirinya dari api neraka bisa lebih sempurna. Pandangan lain mengatakan, larangan adalah bentuk pengilhaman ritual oleh para jamaah haji yang tidak melakukan pemotongan rambut atau kuku pada hari tersebut.

    

Guna menyempurnakan ibadah kurban, Rasulullah menganjurkan daging hewan kurban didistribusikan kepada sesama. Anjuran berbagi akan menjadikan ibadah ini semakin bermakna. Mengingat tak sedikit dari masyarakat yang jarang mengkonsumsi dan merasakan kenikmatan daging. Cara pembagiannya, sepertiga bagi keluarga, sepertiga untuk disimpan, dan sepertiganya lagi dibagi ke sesama.   

Abdurrahman menerangkan, para pekurban dianjurkan untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya, atau menyaksikan langsung proses penyembelihan. Rasulullah, seperti hadis az-Zuhri dari Aisyah RA, melakukan pemotongan hewan kurban sendiri.

Nabi dulu kerap pula memerintahkan isteri dan puteri-puterinya supaya melihat proses pengurbanan hewan."Saksikan sembelihan (kurbanmu), sesungguhnya dosamu akan diampuni di tetes pertama darah kurban," titah Rasul.Hal yang sama juga dilakuka oleh para sahabat Nabi. Abu Musa al-Asy'ari pernah meminta putri-putrinya menyembelih sendiri hewan kurban mereka.   

Soal jenis hewan dan sumber harta, Abdurrahman, menegaskan bahwa binatang yang dikurbankan mesti berupa hewan berkualitas dan tidak kekurangan, seperti cacat di salah satu bagian tubuhnya.

Abu Amamah bin Sahal mengatakan, para sahabat di Madinah selalu berkurban dengan hewan yang sehat dan gemuk.

Sebagaimana teladan Rasul kala mengurbankan dua domba yang bermutu tinggi. Dalam hadis riwayat al-Bara' bin Azib, Rasulullah bersabda,"Ada empat kriteria hewan kurban yang tidak layak, yaitu buta atau cacat matanya, sakit, pincang kakinya, lumpuh, dan yang tak punya otak." (Ahmad, Turmudzi, Nasai dan Ibn Majah). Atas dasar hadis ini, para ulama menganalogikan jenis cacat atau sakit lainnya yang sama, atau bahkan lebih parah untuk mengategorikan hewan kurban yang tak layak. .   

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement