REPUBLIKA.CO.ID LUMAJANG -- Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang Jawa Timur masih menyisakan suasana mencekam pascapembunuhan sadis terhadap petani penolak tambang pasir, Salim Kancil (46). Pantauan Republika di lokasi, aparat keamananan gabungan, dari Kepolisian, TNI dan Satop PP masih berjaga di beberapa titik desa.
Puluhan aparat gabungan berjaga di Balai Desa Selok Awar-Awar. Beberapa polisi berjaga di rumah Salim. Di rumah Salim kerabat dan tetangga berdatangan silih-berganti untuk menghibur istri dan anak-anak Salim yang dirudung duka.
Meski berduka, istri Salim, Tijah dan anak-anaknya masih mau dimintai cerita oleh sejumlah wartawan yang datang. Di halaman rumah, berjejer karangan bunga belasungkawa dari berbagai pihak, utamanya dari lembaga-lembaga pegiat isu sosial dan lingkungan.
Di rumah Tosan, polisi yang berjaga terlihat lebih banyak. Hal itu dilakukan karena kerabat dan keluarga korban masih mudah tersulut untuk melakukan aksi balas dendam.
Kepala Desa Selok Awar-Awar sendiri tidak diketahui keberadaannya dan ponselnya tidak aktif. Sang kepala desa selama ini dituduh warga terkait dengan pembunuhan Salim Kancil.
Aktivitas TK dan PAUD yang berada di kompleks balai desa juga sepi. Meski tidak diliburkan, menurut keterangan guru, tidak ada orangtua yang menyekolahkan anak mereka hari ini karena masih waswas dengan perkembangan situasi yang ada. Sabtu (26/9) Salim Kancil sempat dihajar di pendopo balai desa, di depan anak-anak TK.
Sementara di Lumajang kota, dilaporkan puluhan orang aktivis lintas organisasi menggelar demonstrasi menuntut pengusutan kasus pembunuhan terhadap Salim Kancil.