Selasa 29 Sep 2015 14:17 WIB

Petani Merica Gagal Panen Akibat Kemarau

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Bayu Hermawan
Merica Bubuk, ilustrasi
Foto: Manufacture
Merica Bubuk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Petani tanaman Merica di Desa Lampar, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jateng, menangis. Bukan lantaran produk tanaman mereka kalah tersaingi oleh Merica palsu. Tapi, budidaya tanaman mereka nyaris mati, dalam memasuki musim kemarau panjang saat ini.

Musim kemarau panjang seperti saat ini, menyebabkan tanaman Merica, atau lada putih di sana, mulai layu. Ini pertanda nyaris terancam mati, jika tak disiram air cukup.

''Sementara, warga di sini untuk memperoleh air saja, sulit nya setengah mati,'' ujar Kariman (65) petani Merica, Selasa (28/9).

Menurut Kariman, upaya mencari air saja harus membeli. Harga satu truk tangki ukuran 5.000 liter antara Rp 150 ribu-Rp 200 ribu. Tarif harga relatif, tergantung jarak dan sulit-tidaknya lokasi dijangkau kendaraan roda empat.

Petani tidak mungkin 'berebut' antara memenuhi untuk menyiram tanaman Merica dengan kebutuhan air baku keluarga atau ternak. Tanaman Merica tidak mungkin disiram. Disamping lokasi susah dijangkau, jua menghabiskan air cukup banyak.

''Jika dilakukan boros biaya,'' ucapnya.

Dalam kondisi serba susah, seperti saat ini, tanaman Merica dibiarkan merambat ke pepohonan layu, mengering, karena kekurangan air.

''Segala daya upaya manusia, tidak bisa mengalahkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini karena, yang mempunya musim kemarau panjang ini hanya Yang Maha Kuasa," katanya.

Berdasarkan pengalaman selama ini, musim Oktober biasanya sudah turun hujan. Jadi tanaman Merica terselamatkan dari bencana kekeringan.

Tanaman dari musim kemarau terguyur air hujan, langsung tumbuh subur. Saat ini, hingga akhir September belum ada pertanda turun hujan. Petani kehilangan harapan panen Merica.

Menurut Kepala Desa Lampar, Dwi Sugiyanto, ada tiga hektar tanaman Merica. Hingga kini, sekitar 25% tanaman sudah mulai layu. Nyaris tidak produksi, karena krisis air.

Tanaman Merica biasanya ditanam dengan cara tumpang sari. Cara menanam dirambatkan ke pepohonan tanaman keras. Seperti, Tanaman Munggur, Mahoni, Sengon. Sehingga jika tanaman merambat subur tidak gampang ambruk. Cara memanen gampang, petani tinggal naik tanaman keras dengan tangga.

Saat seperti ini, petani mestinya sudah memasuki masa panen. Namun, lantaran krisis air, tanaman menjadi kering. Dan, tidak bisa memetik panen sepert tahun lalu lagi.

''Tanaman Merica yang sudah berbuah, tapi belum matang, ikut kering. Tanaman masih merambet ke pohon, biasanya terus mati,'' kata Dwi.

Taman Merica merupaan produk komoditas unggulan di  Desa Lampar, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Musim panen tahun ini. merosot.

Padahal, harga salah satu komoditi bumbu dapur itu kini cukup bagus. satu kilogram Merica mencapai Rp 160.000. Tapi, Merica kualitas bagus mampu menembus Rp 200 ribu per kg.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement