Rabu 07 Oct 2015 15:59 WIB

Kapal Pelni Andalkan Radar untuk Terobos Asap

Rep: Antara/ Red: Andi Nur Aminah
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).
Foto: Antara
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Asap pekat yang menyelimuti Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengganggu jarak pandang di sungai. Sehingga, nakhoda kapal laut terpaksa menggunakan radar sebagai pemandu arah dari muara menuju pelabuhan.

"Saat asap pekat, secara kasat mata memang jarak pandang sangat terbatas. Tapi, karena kapal kami dilengkapi radar, jadi tidak masalah. Nakhoda kami berpedoman pada radar tersebut," kata Kepala PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Sampit, Lamson Ompusunggu, di Sampit, Rabu (7/10).

Sudah dua bulan lebih asap kebakaran lahan mengganggu aktivitas masyarakat. Jarak pandang menjadi terganggu. BMKG setempat mencatat, saat ini kepekatan asap meningkat dan jarak pandang bisa hanya berkisar 100 meter.

Selama pelayaran di laut, jarak pandang sama sekali tidak ada masalah. Jarak pandang baru mulai terbatas ketika memasuki alur Sungai Mentaya, khususnya di sekitar Pelabuhan Sampit. Hal ini sangat mengganggu lalu lintas transportasi sungai.

"Untuk menghindari tabrakan atau ditabrak kapal lain, kapal kami membunyikan suling atau terompet untuk memberi tanda supaya kapal lain menghindar. Terutama, di sekitar pelabuhan, cukup padat armada penyeberangan," ujar Lamson.

Lamson bersyukur, secara umum aktivitas pelayaran kapal-kapal milik perusahaan mereka tidak sampai terganggu. Jadwal keberangkatan masih berjalan seperti biasa dan tidak sampai menemui gangguan yang berarti.

Pantauan di lapangan, kepekatan asap sangat dipengaruhi kecepatan angin. Biasanya, asap sangat pekat pada pagi hari, kemudian berkurang pada siang hari. Menjelang sore, asap kembal bertambah pekat, sehingga cukup mengganggu.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit Benny Noviandinudin menyatakan, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran kepada perusahaan pelayaran dan nakhoda untuk meningkatkan kewaspadaan selama kabut asap melanda daerah ini.

Nakhoda diminta melengkapi peralatan navigasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Pembunyian suling atau terompet merupakan salah satu cara untuk memberitahukan posisi keberadaan kapal sehingga kapal-kapal lain bisa menghindar agar tidak terjadi tabrakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement