REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika. Selain itu, penduduk Indonesia menjadi yang paling banyak memeluk agama Islam di dunia. Kondisi tersebut membuat pihak asing tidak ingin Indonesia bangkit dengan seluruh potensinya.
Anggota Komisi I DPR bagian Pertahanan, Intelijen, Hubungan Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika, Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra mengatakan, selain penduduk Indonesia menjadi yang paling banyak memeluk agama Islam, juga negeri ini memiliki kekayaan SDA yang melimpah. Menurutnya, bagaimana jika potensi umat Islam di Indonesia bisa dimaksimalkan untuk membangun bangsa.
Karena kondisi tersebutlah ia mensinyalir ada negara asing yang tidak ingin Indonesia bangkit. Menurut Supiadin, pihak asing tersebut ingin mengambil potensi bangsa Indonesia dengan cara positif maupun dengan cara negatif. Cara negatif dilakukan dengan strategi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Melalui cara tersebut sebenarnya pihak asing ingin menguasai potensi dan kekayaan sumber daya alam Indonesia," ujar Mayjen TNI (Purn) Supiadin kepada Republika.co.id saat berkunjung ke Kota Tasikmalaya, Ahad (11/10).
Supiadin menegaskan, pihak asing tidak rela jika Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang hebat. Mereka terus berupaya melemahkan moral generasi muda. Pelemahan moral tersebut dilakukan melalui budaya asing yang disusupkan lewat teknologi informasi, media televisi, dan media sosial.
Ia mengungkapkan, tidak dapat dipungkiri tren perang melalui penetrasi kebudayaan asing dan melemahkan budaya asli Indonesia tengah berlangsung. Anak-anak dan generasi muda menjadi sasaran utama mereka. Sebab anak-anak dan generasi muda yang paling banyak menonton televisi dan menggunakan media sosial. Menurutnya, kenapa anak-anak dan generasi muda yang menjadi fokus incaran mereka.
"Karena anak-anak dan pemuda merupakan calon pemimpin masa depan, jika moral mereka rusak maka rusaklah bangsa Indonesia," kata Supiadin.
Saat ini, masuknya budaya asing melalui media sosial tidak bisa dicegah. Salah satu cara mengantisipasi dampak buruknya dengan memberikan pemahaman kepada anak anak dan generasi muda tentang bahaya budaya asing. Menurut Supiadin, anak-anak perlu pendidikan guna memberi pemahaman bagaimana menggunakan teknologi informasi yang baik dan benar.
Dalam hal ini, orang tua adalah pertahanan pertama menjaga anak-anak dari penetrasi budaya asing. Supadin menerangkan, sudah seharusnya orang tua memantau perkembangan anaknya. Agar tidak tergoda dengan aliran-aliran radikal dan tidak menyimpang dari ajaran agama.