REPUBLIKA.CO.ID, THANDWE -- Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi menyerukan persatuan di negara bagian Rakhine pada Sabtu (18/10) dalam pawai pemilihan yang penuh semangat, untuk mengatasi perpecahan antara pengikut Buddha dan Muslim yang telah menggoyah negara yang dipimpin junta militer itu.
Suu Kyi telah menghadapi kekecewaan dari masyarakat internasional atas keengganannya berbicara tentang kaum Muslim Rohingya yang terpinggirkan di Rakhine di bagian barat Myanmar tapi juga dipandang curiga oleh pegaris keras Buddha yang melihatnya bersimpati dengan minoritas.
Dalam pidato di hadapan ratusan pendukungnya di kota Thandwe, ia mengatakan sangat penting bahwa orang-orang di seluruh negeri dapat hidup "tanpa diskriminasi berdasarkan ras dan agama".
"Semua warga negara perlu bersatu... kebencian dan ketakutan tidak menguntungkan negeri kita," katanya, mengulangi pernyataannya baru-baru ini bahwa para penentang politiknya telah mencoba menggunakan agama sebagai alat dalam kampanye-kampanye pemilihan 8 November.
Pemilihan-pemilihan umum di Myanmar diramalkan paling bebas selama beberapa generasi bagi suatu negara yang dilanda kemiskinan dan isolasi di bawah hampir setengah abad pemerintahan militer.
Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi--yang ikut pemilihan untuk pertama kali di seluruh negeri dalam 25 tahun--diperkirakan mengalahkan partai berkuasa dukungan tentara. Sejak pemerintahan junta berakhir pada 2011, partai berkuasa itu memasukkan orang-orang sipil dalam transisi.
Tetapi ketakutan-ketakutan di masyarakat meningkat bahwa dalam pemilihan-pemilihan dapat terjadi bentrokan-bentrokan yang mengarah kepada intoleransi agama. Para pengikut Buddha dan Muslim terlibat dalam kekerasan yang merenggut korban jiwa di Rakhine pada 2012, kemudian menyebar ke bagian-bagian lain di negara itu.
Di Thandwe, pintu gerbang ke destinasi wisata pantai paling terkenal di negara itu, gelombang huru-hara anti Muslim pada 2013 menyebabkan sedikitnya enam orang meninggal dan menimbulkan ketakutan. Ketakutan-ketakutan itu terlihat pada saat pawai Sabtu. Di sana Suu Kyi ditanya orang-orang dari kelompok Buddha dan Muslim.
Ketika ditanya oleh seorang pria Muslim bagaimana NLD akan mencegah diskriminasi agama, pemimpin oposisi itu mengatakan suatu pemerintah di bawah partainya akan memprioritaskan pemerintahan berdasarkan undang-undang, suatu tanggapan biasa dari peraih hadiah Nobel itu.